"Aneh saja kok jadi hitam, yang biasanya musim kemarau air Bengawan Solo jernih," katanya.
Kedua warga yang tinggal tak jauh dari Sungai Bengawan Solo ini mengaku tidak tahu penyebab air sungai hingga berwarna kehitaman tersebut.
Mereka hanya menduga kalau air Bengawan Solo tersebut tercemar oleh limbah.
Meski air berwarna hitam, warga tetap memanfaatkannya untuk keperluan sehari-hari.
Sementara, berdasarkan pantauan di Sungai Bengawan Solo, tepatnya di bawah Jembatan Widang - Babat, diketahui kondisi airnya memang tidak lagi jernih atau keruh layaknya air sungai.
Air yang ada di sungai terpanjang di Jawa ini berwarna hitam, ketika dituangkan terlihat jelas air terlihat seperti air teh.
Kondisi ini juga diakui oleh pihak Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Lamongan, air yang ada di aliran Bengawan Solo yang melintas di wilayah Lamongan tercemar.
Pihaknya sudah mengambil sampel untuk diteliti.
Baca: Tiga Pelaku Perampokan BRI Unit Negla Diringkus, Satu di Antaranya Tewas Ditembak
Baca: Wajahnya Disiram Air Keras Oleh Suami, Wanita Ini Buka Pintu Maaf dan Cabut Laporan Polisi
Kasi Amdal dan Perizinan Lingkungan DLH Lamongan, Inganatul Muhimmah mengungkapkan hasil penelitian sementara yang menunjukkan air yang ada di Sungai Bengawan Solo telah tercemar, dengan status tercemar sedang, meski airnya sudah berubah warna menjadi cokelat kehitaman.
"Kami mengambil sampel di beberapa titik sepanjang aliran Bengawan Solo, di Kecamatan Karanggeneng," katanya.
Meski begitu, sejauh ini air masih bisa digunakan oleh masyarakat, sebatas untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari mandi cuci kakus (MCK).
Sedang pasokan PDAM Lamongan dari sungai Bengawan Solo, secara otomatis air itu yang diterima pelanggan.
"Untuk mandi, cuci kakus masih bisa, asal tidak dikonsumsi untuk minum atau keperluan memasak," ungkapnya.
Sampai hari ini belum ada laporan dari masyarakat masuk terkait imbas yang dialami.