"Karena pada reuni kali ini akan dibuat agak besar," ujarnya kepada Tribunnews.com, Rabu (25/12/2019).
Menurut Tri, sebelumnya, IKS hanya mengadakan acara seperti biasa yakni campursari dan temu kangen antar warga.
Namun atas saran dari Bupati Gunung Kidul, Badingah, acara IKS dibuat lebih besar untuk melestarikan budaya gunung Kidul.
"Biasanya kenduri itu jumlahnya hanya ratusan, tetapi atas saran Ibu Bupati, untuk melestarikan budaya dan menarik wisatawan datang ke Gunung Kidul, akan diadakan Kenduri yang dicatat MURI," ujar Tri.
Tri Suharjanto juga menjelaskan arti dari kendari dan sarang yang akan dibuat menjadi Rekor MURI.
"Kenduri itu kalau orang-orang kampung memperingati panen itu mengumpulkan nasi, di suatu tempat, nanti orang-orang yang datang dari kampung lain dikasih sarang (anyaman daun kelapa sebagai wadah nasi), lalu sarang tersebut dibagikan kepada warga," ujarnya.
Lebih lanjut, Tri juga memberi pesan khusus diadakannya Rekor MURI.
"Pemecahan Rekor MURI ini, bukan untuk gaya-gayaan tetapi murni sebuah upaya melestarikan budaya," ungkapnya.
"Meningkatkan cinta desa, dan peningkatan sektor pariwisata di Kabupaten Gunung Kidul," kata Tri.
Untuk diketahui, dalam KBBI, Kenduri adalah perjamuan makan untuk memperingati peristiwa, meminta berkah, dan sebagainya.
Kenduri atau yang lebih dikenal dengan sebutan Selamatan atau Kenduren telah ada sejak dahulu sebelum masuknya agama ke Nusantara.
(Tribunnews.com/Maliana)