TRIBUNNEWS.COM - Rusaknya habitat di sungai dan rawa menjadi penyebab buaya di Bangka dan Belitung kerap berkonflik dengan manusia.
Tak hanya itu, musim kawin buaya pada November sampai Januari, membuat buaya semakin agresif dan sering muncul di permukaan.
Kepala Resort Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bangka Belitung Septian Wiguna menjelaskan, habitat buaya tersebar di beberapa sungai dan rawa yang bermuara ke laut.
"Maka dari itu jenis buaya yang ada pada umumnya berjenis buaya muara (Crocodylus porosus)," jelas Septian, Senin (6/1/2019).
Menurutnya, seiring tumbuhnya populasi buaya beriringan peningkatan jumlah manusia, bukan tidak mungkin dapat mengganggu habitat buaya.
"Kalau alam sudah rusak, mereka pasti akan keluar. Sehingga hal inilah yang kadang menimbulkan gesekan penggunaan ruang dalam habitatnya antara manusia dan buaya," ungkap Septian.
Mengenai penyerangan buaya kepada manusia merupakan indikasi kondisi alam yang sudah tidak seimbang.
Atau dengan kata lain, terjadinya kerusakan alam yang mengganggu tempat hidup buaya itu sendiri.
Tumpang tindih ruang habitat buaya dengan aktivitas manusia tersebut, membuat tempat hidup buaya rusak dan mengakibatkan sumber pakan mereka menurun.
"Ini perlu ada kajian ilmiah untuk menyimpulkan penyebab utamanya. Dua faktor yang kami sampaikan adalah berdasarkan fakta yang terjadi sejauh ini," terangnya.
Lebih lanjut menurut Septian, semakin agresif buaya pada umumnya disebabkan masa kawin atau masa buaya betina matang secara seksual (siklus estrus).