News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Keraton Agung Sejagat

Keraton Agung Sejagat jadi Tempat Selfie Warga

Editor: Rachmat Hidayat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Batu prasasti dijadikan sebagai objek selfie dan keramaian pengunjung di Kerajaan Keraton Agung Sejagat (KAS) Purworejo, Jawa Tengah, pada Selasa (14/1/2020).

Laporan wartawan tribun jateng,  Permata Putra Sejati

TRIBUNNEWS.COM, PURWOREJO-Rasa penasaran warga akan kehadiran secara tiba-tiba adanya Keraton Agung Sejagat di Desa Pogung Jurutengah, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah semakin memuncak. 
Hal itu terlihat dari besarnya antusiasme warga sekitar yang ingin menyaksikan dari dekat seperti apa penampakan Keraton Sejagat itu. 

Bahkan banyak dari mereka yang memanfaatkannya untuk berselfie ria di area yang dianggap sebagai Keraton. 
Salah seorang pengunjung bernama Erlinda (27) mengaku penasaran dengan pemberitaan viral tentang keberadaan keraton.

"Penasaran karena sudah viral, katanya mau mendirikan kerajaan atau keraton. Tapi harapan saya agar ini di selidiki supaya jelas seperti apanya,” ujarnya.

Baca: Sinuhun Totok Jual Jabatan di Keraton Agung Sejagat, Makin Tinggi Setoran Makin Tinggi Jabatan

Ketua RT 3 RW 1, Desa Pogung Jurutengah, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, Dedi Mulyadi mengatakan seluruh warga, tokoh dan perangkat desa telah mengambil sikap menolak segala kegiatan yang mengganggu warga.

Keputusan tersebut diambil dalam pertemuan tokoh masyarakat, dan tokoh agama.Para tokoh bertemu di Masjid Pandansari, mencari solusi atas ramai keberadaan Keraton Agung Sejagat di lingkungan mereka.  "Awalnya adalah kedatangan batu cukup mengherankan warga. Lalu melakukan kegiatan tidak lazim dan sesaji yang begitu banyak," ujar Dedi, Senin (13/1/2020).

Dedi mengatakan jika puncak dari itu semua adalah ketika momen peresmian kerajaan. "Dari situ kami mulai resah. Intinya resah, kegiatan yang amat sangat tidak paham," imbuhnya.

Dedi mengatakan jika dia sudah beberapa kali datang dan memperingatkan, namun pesan dan peringatan tersebut tidak berpengaruh apapun. "Jujur saja kami takut, lalu apa yang sudah kami omongkan tidak mempan," katanya. Desa Pogung Jurutengah sendiri kurang lebih memiliki 2.000 warga.

Kepala Desa Pogung, Slamet Purwadi berpesan supaya warga menyikapi hal tersebut dengan kepala dingin. Namun pihaknya setuju bahwa kasus ini menjadikan warga tidak kondusif, dan merugikan warga desa sendiri.
Untuk selanjutnya kebijakannya adalah menyerahkan kepada pemerintah daerah Kabupaten Purworejo.

Makna batu tulis
Makna batu tulis yang dijadikan sebagai prasasti Kerajaan Keraton Agung Sejagat (KAS) sedikit terkuak. Penjelasan makna batu prasasti itu diungkapkan oleh si pembuat ukiran batu itu langsung, yaitu Mpu Wijoyo Guno. Mpu Wijoyo Guna adalah orang yang mengukir batu berukuran kurang lebih tinggi 1.5 meter.

Baca: Pengakuan Mantan Anggota Totok Santosa, Sri Utami Dijanjikan Penghasilan Dolar

Pada batu tersebut terdapat beberapa ukiran dan tulisan yang menurut Mpu Wijoyo mempunyai maknanya.  "Tulisan jawa itu artinya adalah Bumi Mataram Keraton Agung Sejagad," katanya.

Mataram sendiri adalah 'Mata Rantai Manusia'. "Maknanya alam jagad bumi ini adalah mata rantai manusia yang bisa ditanami apapun. Intinya segala macam hasil bumi adalah mata rantai manusia atau Mataram," ungkapnya.

Wijoyo menjelaskan jika pada batu terukir gambar Cakra yang menggambarkan waktu dan kehidupan manusia.
Sedangkan di dalam cakra itu terdapat 9 dewa. Ada pula ukiran Trisula yang menurutnya memiliki makna keilmuan. Kemudian ada gambar Telapak kaki yang bermakna sebagai tetenger.

Baca: Pengakuan Sri Utami Mantan Pengikut Kerajaan Agung Sejagat, Ada Iuran KTA hingga Dijanjikan Dolar US

"Telapak kaki ini artinya adalah jejak atau petilasan. Kaki itu adalah tetenger kaisar," jelasnya.

Wijoyo mengaku mengukir batu prasasti milik kerajaan Keraton Agung Sejagat (KAS) hanya dalam waktu 2 minggu. Batu tersebut diukir sekitar 3 bulan yang lalu. Fungsinya batu adalah sebagai penanda atau prasasti.

Menurut Mpu Wijoyo tulisan jawa yang tertera pada batu memiliki arti sebuah pertanda bahwa ini suku atau kaki atau tanda peradaban dimulai. "Kerajaan ini adalah kerajaan dengan sistem damai. Artinya tanpa perang, berkuasa, oleh karena itu ditandai dengan deklarasi perdamaian dunia," katanya.

Seperti halnya punggawa-punggawa lainnya, Wijoyo menjelaskan jika kekuasaan seluruh dunia berada dibawah naungan KAS. 

Baca: Banyak Kesalahan dari Pengakuan Raja Keraton Agung Sejagat, Budayawan: Corak Batik Bukan Dinasti

"Negara-negara didunia adalah fasal-fasal atau menjadi bagian dari kami.Mataram itu di semua negara ada. Mataram maksudnya adalah adalah nama 'Mata Rantai Manusia'. Dimana ada kehidupan disitu ada bumi," ujarnya.

Konteks yang dijelaskan oleh Wijoyo sama sekali tidak ada hubungannya dengan kerajaan Mataram. Dia sendiri hanyalah sebatas empu atau tukang, sehingga konsep itu sendiri berasal dari Sinuhun Totok Santoso Hadiningrat.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini