Apalagi Unhas memiliki Center of Technology yang memiliki laboratorium aerodinamika cukup canggih.
Selain itu, para dosen-dosen yang ahli dalam bidang ini cukup memadai untuk bersinergi dengan Haerul.
"Intinya, Haerul ini perlu kita dampingi. Dia nanti akan kembali ke bengkelnya.
"Namun kita akan siapkan tenaga ahli yang akan membantunya sebagai pendamping,
"Sehingga apa yang ia kerjakan memiliki basis ilmiah," imbuh Prof Dwia.
Di akhir pertemuan, Prof Dwia mengingatkan agar pesawat buatan Hairul ini segera diberi nama.
"Jangan lupa kasi nama pesawatmu, Haerul. Supaya orang bisa ingat," pungkasnya.
Saran dari Moeldoko
Pembuat pesawat ultralight asal Kabupaten Pinrang, Sulsel, Haerul datang ke Unhas, bukan tanpa sebab.
Kunjungan ini merupakan tindak lanjut dari saran dan masukan selama mereka di Jakarta.
Dari hasil pertemuan, beberapa petinggi termasuk Kepala Kantor Staf Kepresidenan, Moeldoko, menyampaikan beberapa hal.
Salah satunya agar inovasi yang dilakukan Haerul segera dikoordinasikan dengan perguruan tinggi.
"Itu karena langkah Haerul seharusnya diperkuat dengan basis ilmiah.
"Disitulah perguruan tinggi diharap berperan," ujar Dr Syahid Arsyad, dosen teknik mesin Unhas yang mendampingi Haerul.