TRIBUNNEWS.COM, GARUT - Kemunculan kerajaan di sejumlah daerah sedang tren belakangan ini.
Seperti misalnya Keraton Agung Sejagat di Purworejo, kemudian Sunda Empire di Bandung.
Baca: Sebut Terowongan Kemayoran Selalu Banjir, Warga: Dijadikan Area Wisata Dayungan Saja Lah
Belakangan ini muncul lagi kerajaan di Provinsi Jawa Barat, yakni Kerajaan Kandang Wesi.
Kerajaan Kandang Wesi ada di Kampung Cimareme, Desa Tegalgede, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut.
Nurseno SP Utomo disebut sebagai raja di Kandang Wesi.
Lokasi yang disebut Kerajaan Kandang Wesi itu berada di tepi perkampungan dengan luas 1,5 hektar di sisi perbukitan.
Untuk masuk kawasan tersebut, pengunjung harus melewati gerbang kecil dengan pagar besi dan melalui jalan berbatu menuju pendopo yang dibangun tanpa dinding.
Ada sebuah mata air kecil dan tempat penyimpanan batu-batu yang diduga sisa peninggalan Kerajaan Kandang Wesi.
Baca: Kampung Pulo Terendam, Warga Keluhkan Toa Peringatan Banjir yang Tak Berfungsi
Di kawasan tersebut juga ada kamar tidur, masjid, lapangan voli, dan parkir mobil.
Lahan di kawasan tersebut terlihat asri karena banyak ditumbuhi pepohonan yang rindang.
Tempat pembuatan senjata masa Kerajaan Padjadjaran
Kepala Kantor Kesbangpolinmas Kabupaten Garut Wahyudidjaya menjelaskan, Kerajaan Kandang Wesi ada di sejarah.
Kerajaan itu lahir setelah Kerajaan Padjadjaran runtuh dan merupakan gabungan kerajaan-kerajaan kecil yang pernah ada di bawah kekuasaan Kerajaan Padjadjaran.
Pada masa Kerajaan Padjadjaran, Kandang Wesi adalah daerah tempat berlatih prajurit kerajaan dan pembuatan senjata.
Saat dikonfirmasi Kompas.com, Nurseno SP Utomo mengatakan bahwa dia bukan Raja Kerajaan Kandang Wesi.
Tahun 1998, ia mendirikan padepokan silat Syahbandar Kari Madi di lokasi Kerajaan Kandang Wesi.
Lokasi tersebiut ditentukan berdasarkan sejarah dan penelitian yang ada.
Nursenona sendiri lahir dan dibesarkan di Desa Tegalgede.
"Saya hanya jadi pemangku adat saja untuk menjaga budaya yang ada," kata Nurseno.
Ia mengaku memiliki murid di padepokan silat.
Namun, tidak ada yang memanggilnya raja.
Selain itu, para murid silatnya tidak pernah merasa menjadi pengikut kerajaan.
Selama mendirikan padepokan silat, Nurseno hanya mengajarkan soal seni bela diri.
"Saya enggak pernah melarang orang shalat, apalagi sampai menyimpang dari ajaran agama, saya hanya mengajarkan bela diri yang jadi adat dan kebudayaan Indonesia," katanya.
Klarifikasi gelar raja
Nurseno mengaku mendapatkan gelar raja yang diberikan pada tahun 2015.
Gelar raja diberikan oleh Maskut Thoyib, Ketua Forum Komunikasi Raja-raja dan Sultan Nusantara.
Menurut Nurseno, kala itu Maskut Thoyib adalah kepala budaya di Taman Mini Indonesia Indah.
Pemberian gelas tersebut dilakukan di Taman Mini Indonesia Indah yang disaksikan perwakilan keraton dan kesultanan Indonesia dan pemerintah.
Ia menegaskan, gelar raja diberikan bukan karena dia pernah mendirikan kerajaan, melainkan mendirikan padepokan silat di lokasi Kerajaan Kandang Wesi, Garut.
Hal senada juga dijelaskan Wahyudidjaya, Kepala Kantor Kesbangpolinmas Kabupaten Garut.
Menurut Wahyu, gelar raja adalah bentuk penghormatan kepada Nursenon yang dianggap berhasil mengembangkan Padepokan Syah Bandar Karimadi.
“Kita sudah konfirmasi ke Forkopimcam (Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan), mereka mengakui Nurseno orang Pakenjeng, tapi bicara kerajaan tidak ada, yang ada adalah padepokan,” katanya.
Selain itu, Nurseno dikenal sebagai pelestari budaya dan menjalankan ajaran Islam seperti umat Islam pada umumnya.
“Jadi tidak ada kerajaan yang seperti di Jateng, gelar rajanya hanya penghargaan dari komunitasnya, (bentuk) kerajaannya sendiri lebih pada pendekatan budaya, makanya tidak ada pertentangan dari masyarakat disana,” katanya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Kerajaan Kandang Wesi di Garut, Padepokan Silat dan Tempat Pembuatan Senjata di Masa Padjadjaran