TRIBUNNEWS.COM - Penemuan jasad DS (13) siswi SMPN 6 Tasikmalaya masih menyisakan kepedihan di hati ibundanya, Wati Fatmawati (46).
Sebuah catatan tangan yang ditulis DS ditunjukan Wati kepada rekan media di rumahnya, Senin (3/2/2020).
Dikutip dari Kompas.com, Wati yang mengenakan kerudung biru muda tampak masih termenung.
Dalam catatan yang ditunjukan, DS menuliskan cita-citanya.
Tulisan tangan DS itu menyebut dirinya memiliki cita-cita menjadi seorang polisi wanita (Polwan).
Berikut catatan tulisan tangan DS di buku yang biasa dipakai belajarnya:
"CITA-CITA KU
Pertama, Saya ada dikelas 6 sebentar lagi saya akan melaksanakan perpisahan dan keluar dari SDN 2 Lewo.
Setelah saya keluar dari SDN 2 Lewo, saya akan meneruskan ke SMP 6 Negeri bila diterima, mengapa Saya akan meneruskan ke SMP 6 Negeri.
Kerena jaraknya dekat dari rumah dan tidak perlu buang-buang uang untuk biaya ongkos angkutan umum.
Dan tidak perlu diberi uang yang hanyak oleh orang tua cukup uang saku saja.
Bila besar nanti saya ingin menjadi Polwan.
Mengapa saya ingin menjadi Polwan karena saya ingin memberantas kejahatan dan kejahatan akan berkurang.
Di SMP 6 Negeri saya akan belajar dengan tekun agar tercapai cita-cita saya saat besar nanti dan bila di kelas SMP 6 Negeri saya akan mendengarkan bila ibu guru menerangkan
Dan bila bu guru memberi tugas di rumah saya akan mengerjakannya degan senang hati agar mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
Saya memilih ke SMP 6 Negeri karena saya ingin mendapatkan banyak ilmu pengetahuan dan ingin mendapatkan banyak teman-teman," tulis DS dalam catatannya.
Diberitakan Tribunnews sebelumnya, DS ditemukan tewas di gorong-gorong sekolahnya pada Senin (27/1/2020) lalu.
DS ditemukan masih dalam kondisi mengenakan seragam pramuka lengkap di gorong-gorong.
Tas berisi perlengkapan sekolah miliknya juga ditemukan masih lengkap.
Sebelum DS ditemukan tewas di gorong-gorong sekolahnya, ia sempat dilaporkan hilang sepulang sekolah.
Dikutip dari berbagai sumber, berikut ini fakta-fakta tentang tewasnya DS di gorong-gorong sekolahnya:
1. Hilang Saat Pulang Sekolah
DS sempat dikabarkan hilang sebelum ditemukan tewas di gorong-gorong.
Sementara itu, rekan DS, Silfia Handayani mengaku terakhir bertemu DS pada Kamis (23/1/2020) sepulang sekolah.
Dikutip dari Kompas.com, ia menerangkan, saat itu tengah turun hujan lebat, DS memilih berteduh dan rekannya pulang terlebih dahulu.
Keesokan harinya, Jumat (24/1/2020), DS tidak masuk sekolah.
2. Ibunda Curiga
Ibunda DS, sempat menanyakan kepada pihak sekolah mengapa sang anak tidak pulang pada Kamis itu.
Setelah DS ditemukan meregang nyawa di gorong-gorong, ibunda menilai kematian anaknya tidak wajar.
Dikutip dari Tribun Jabar, Wati Candrawati (46) menduga DS meninggal karena dibunuh.
Dugaan tersebut lantaran lubang gorong-gorong sekolah DS berukuran kecil.
"Tapi kenapa tubuh anak saya yang lebih besar bisa masuk ke sana?," kata Wati.
"Saya minta pelakunya dihukum seberat-beratnya, dihukum mati," tegas Wati.
3. Sang Ayah Tak Hadiri Pemakaman DS
Wati menyampaikan, ayah DS tidak menghadiri pemakaman sang putri yang dilaksanakan pada Rabu (29/1/2020).
Dikutip dari Kompas.com, berdasar keterangan Wati, sejak DS ditemukan tewas, ayah DS tidak datang dan berkunjung.
"Pokoknya saya ingin itu pelakunya cepat tertangkap oleh Polisi dan dihukum berat," terangnya.
4. DS Kerap Dibully
Ibunda DS, mengaku sang anak selama ini tak pernah memiliki teman di sekolah.
Apalagi teman yang berasal dari luar kampungnya.
"Paling ada teman dekatnya anak saya, Silfia," kata Wati.
"Itu juga anaknya asal kampung sini sama, paling temannya itu yang suka sama anak saya semasa hidupnya," tuturnya.
Berdasar keterangan keluarga, DS sering terlihat murung sepekan sebelum menghilang dan ditemukan tewas di gorong-gorong.
"Kata ibu korban, korban sering di bully di sekolah," ungkap kerabat korban, Ade Munir pada Senin (27/1/2020).
"Dikatai bau lontong, karena ibunya berdagang lontong," tambahnya.
Namun kabar tersebut dibantah oleh pihak sekolah.
Pihak sekolah mengaku pernah menerima informasi ejekan tersebut dari guru Bimbingan Pembinaan (BP).
Laporan tersebut diklaim pihak sekolah telah selesai.
5. Otopsi dan Pemeriksaan Saksi
Jasad DS diotipsi di RSUD dr Soekardjo, Tasikmalaya pada Selasa (28/1/2020).
Hasil otopsi DS akan keluar dalam waktu 14 hari ke depan, yakni 11 Februari 2020 mendatang.
Pihak kepolisian telah memeriksa sembilan saksi terkait tewasnya siswi SMP tersebut.
Kapolres Tasikmalaya, Anom Karibianto menerangkan hal tersebut.
"Baru bisa dipastikan meninggal karena tindak pidana, atau sesuatu yang lain berdasarkan saksi dan bukti-bukti," katanya.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani) (Kompas.com/Kontributor Tasikmalaya, Irwan Nugraha) (TribunJabar.id)