News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Cerita Petani Bawang Milenial, Saat Harga Rp 40.00 Perkilo, Ia Jual Rp 20.000, Ini Tujuannya

Editor: Sugiyarto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ujang Margana (25), petani asal Cimenyan, Kabupaten Bandung, tengah mengecek kebun bawang miliknya, belum lama ini. (KOMPAS.com/RENI SUSANTI)

Ia berupaya meyakinkan mereka agar menjual di harga Rp 20.000 untuk menekan harga di pasaran.

“Saat itu kami punya 120 ton bawang merah. Kalau kami ikut harga pasar, kami akan untung besar, tapi kemudian bawang impor masuk,” tuturnya.

Itu artinya, keuntungan yang kami peroleh hanya bersifat sementara atau hanya satu musim tanam itu.

Sedangkan kerugian akibat bawang impor bisa kami rasakan lebih dari tiga kali musim tanam. Setelah berhasil meyakinkan kelompok taninya, Ujang membawa 120 ton bawang merah tersebut ke Jakarta.

Ia membantu Kementerian Pertanian melakukan operasi pasar.

“Saat itu keuntungan saya dan kelompok tani saya hanya Rp 4.000 per kg. Tapi alhamdulillah, harga bawang di pasaran bisa ditekan,” tuturnya.

Keberhasilannya menstabilkan harga bawang merah membuat Ujang dipanggil Presiden Joko Widodo ke Istana Negara.

Ujang mendapatkan penghargaan tingkat nasional sebagai pemuda tani teladan. Sebelumnya, Ujang terpilih menjadi petani teladan tingkat kabupaten dan provinsi.

Kini, sejumlah perubahan sedang ia siapkan, di antaranya menggunakan konsep terasering untuk kebunnya.

Terasering merupakan metode bercocok tanam dengan membuat teras-teras untuk mengurangi panjang lereng.

Terasering ini akan menahan air sehinga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan, serta memperbesar peluang penyerapan air oleh tanah.

“Kalau yang sekarang masih menggunakan konsep biasa. Jadi kalau hujan, air dengan cepat mengalir ke bawah,” ungkapnya.

Kondisi ini menyumbang banjir yang kerap terjadi di Jalan AH Nasution, Kota Bandung. Perubahan yang dilakukan kelompoknya diharapkan bisa mengatasi banjir.

“Pokoknya yang masuk kelompok tani Tricipta harus mengubahnya jadi terasering dan menjadi contoh,” tutur Ujang.

Selain itu, daerahnya menjadi bagian percontohan desa digital. Jadi, ketika ia bepergian, ia masih bisa memantau kebunnya dan menyiram pohon bawangnya lewat aplikasi di gadget.

Artikel ini telah tayang di sripoku.com dengan judul Cerita Petani Bawang Milenial, Sejak SMA Punya Penghasilan Rp 35 Juta, Dipanggil Presiden Jokowi

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini