TRIBUNNEWS.COM - Video viral yang berisi perundungan kepada seorang siswi SMP Muhammadiyah Butuh, Kabupaten Purworejo ditanggapi serius oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Ganjar memerintahkan pejabat terkait untuk mengunjungi lokasi penganiayaan dan kediaman korban.
"Pagi ini Kepala Dinas Pendidikan Provinsi saya minta datang ke Purworejo, ke kecamatan Butuh."
"Sudah ketemu dengan orangtua keluarga korban, si korban mengalami trauma," jelas Ganjar dalam tayangan Kompas TV Kamis, (13/2/2020).
Orangtua CA (16) adalah buruh, pemerintah daerah akhirnya memberikan bantuan santunan kepada keluarga korban.
Ganjar memutuskan untuk memberikan santunan, agar kedua orangtua korban bisa berkonsentrasi merawat anaknya.
"Karena orangtuanya buruh, kita kasih santunan 'Pak anda nggak usah bekerja dulu, ini saya kasih santunan tolong dirawat anaknya'," katanya.
Menurut Ganjar, ini dilakukan agar korban bisa pulih kondisi psikisnya pasca mengalami perundungan.
Serta, saat kembali ke sekolah dia tidak merasa trauma lagi.
Ganjar menyebut, kepolisian sudah tanggap menangani kasus ini.
Lantas Ganjar berpesan pada kepolisian, supaya melibatkan semua pihak termasuk orang dewasa di sekitarnya.
"Saya hanya titip, kepala sekolah, guru dan wali murid diajak bicara semuanya karena ini anak-anak."
Akibat adanya kasus perundungan ini, Ganjar mengaku sempat di-bully netizen.
Pada unggahannya di Twitter, Ganjar menuliskan caption bahwa dia sudah menghubungi beberapa pihak terkait kejadian ini.
Netizen pun banyak yang menyarankan, agar ketiga tersangka dihukum seberat-beratnya.
"Saya bilang hati-hati ini anak-anak."
"Ada ketentuanya, ada aturannya kita mesti hati-hati," ujarnya.
Gubernur Jawa Tengah ini juga mengimbau, agar anak-anak tidak menirukan adegan tidak terpuji seperti ini.
"Udah deh, anak-anak adik-adik, lihat praktik ini tidak boleh."
"Jangan sakiti temanmu," imbau Ganjar.
Siswi SMP di Purworejo di Tendang dan Dipukul Kakak Kelas karena Tak Berikan Uang
Video perundungan siswi SMP oleh 3 pelajar sampai saat ini masih ramai di media sosial.
Menurut pihak sekolah, kejadian terjadi saat pergantian jam pelajaran sehingga saat itu kelas kosong dan tidak ada guru.
Diketahui, ketiga pelaku dan satu orang yang merekam kejadian tersebut adalah kakak kelas korban.
Mereka duduk di bangku kelas 9 SMP, sedangkan korban adalah siswi kelas 8 SMP.
Polisi meringkus ketiga pelaku ini, dan sudah menetapkan sebagai tersangka.
Kini TP (16), DF (15), dan UHA (15) hanya bisa tertunduk lesu di kantor polisi dan merenungi perbuatannya.
Dilansir Kompas.com, aksi perundungan ini berawal dari TP dan DF, masuk ke dalam kelas sambil membawa sapu.
TP berjalan ke arah korban, lantas meminta uang Rp 2.000 kepada korban.
Tetapi saat itu korban menolak memenuhi permintaan tersebut.
"Korban menjawab 'ojo' (jangan). Selanjutnya DF dan tersangka lainnya melakukan kekerasan."
"Ada yang menggunakan tangan kosong, ada yang pakai gagang sapu dan kaki," jelas Kapolres Purworejo, AKBP Rizal Marito.
Ketiga siswa SMP itu tampak tersenyum, sambil menedang dan memukuli korban.
Sedangkan, CA sang korban terlihat meringkuk sambil memegangi perutnya.
Penganiayaan direkam oleh F, termasuk dalam komplotan yang menganiaya korban.
F memang merekam peristiwa itu atas suruhan TP.
Setelah itu, TP mengambil paksa uang Rp 4.000 dan mengancam korban agar tidak mengadukan perlakuan mereka pada guru.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani) (Kompas.com/Kontributor Magelang, Ika Fitriana)