Untuk para pelaku, Ganjar meminta agar pelaku didampingi guru konseling maupun psikolog.
Hal itu dilakukan untuk mencegah berulangnya kembali aksi perundungan di tempat lain.
“Anak-anak itu perlu dikirim psikolog, kirim guru konselingnya ke sana agar kita bisa tahu persoalannya apa."
"Lalu kita cegah ke depannya supaya tidak terjadi bullying seperti ini,” kata Ganjar.
CA jadi satu-satunya murid perempuan di kelas
Ahmad, Kepala SMP Muhammadiyah Butuh, lokasi dimana aksi perundungan itu terjadi angkat bicara.
Menurutnya, ia sangat berharap kasus tersebut dapat diselesaikan secara kekeluarkan.
"Kami berharapnya kan selesai kekeluargaan, pendidikan mereka harus tetap berlangsung," katanya masih melansir dari Tribun Jateng.
Menurut Ahmad, anak-anak yang kini berstatus tersangka memang dikenal bandel atau nakal.
Kelas 8 yang merupakan tempat belajar korban CA dan tersangka bahkan hanya dihuni 6 siswa.
CA adalah satu-satunya siswi perempuan di kelas itu.
Mau tidak mau, ia setiap hari harus bergaul dengan teman-teman di kelas yang seluruhnya laki-laki.
"Siswanya 6, 5 laki-laki, 1 cewek (CA)," ujar Ahmad.
Tetapi kini, kelas itu semakin sepi karena tiga dari lima siswa di kelas itu dipastikan absen.