HEKSA Putranti, siswi SMPN 1 Turi, Sleman, korban selamat musibah susur Sungai Sempor, belum bersedia menceritakan detail kejadian yang dialaminya pada Jumat (21/2/2020) sore itu.
"Nggak usah cerita, Ma (mama). Aku takut," ujar Heksa kepada Rini Antari, ibu kandungnya.
Rini menduga anak bungsunya itu seperti mengalami trauma. Namun, sang anak sempat bercerita sedikit mengenai musibah itu.
Sebelum hanyut Heksa sempat bergandengan tangan dengan teman‑temannya di tengah sungai.
Sejurus kemudian ada arus deras dari atas.
Heksa kemudian terbawa arus dan tenggelam. Namun, kakinya terjepit di sebuah batu dan berhasil menyelamatkan diri.
"Sangat disayangkan karena seperti nggak mengenal wilayah dan kondisi (cuaca). Nggak ada koordinasi dengan orangtua dan pihak terkait," ujar Rini ketika ditemui di SMPN 1, Sleman, Sabtu (22/2/2020).
Rini menceritakan pada Jumat putri bungsunya itu minta izin mengikuti kegiatan pramuka.
Pukul 11.00 WIB Heksa sempat pulang ke rumah setelah kegiatan sekolah selesai.
Baca: Pesawat Komersil Ternyata Tak Boleh Lintasi Antartika, Ini Alasannya
Baca: Permintaan Maaf Plt Gubernur Aceh Dinilai Berlebihan, Jokowi Tunjukkan Kelas sebagai Negarawan
Kemudian kembali ke sekolah pukul 13.00 untuk mengikuti kegiatan pramuka.
"Siang itu langit di utara sudah gelap. Suami saya bilang kepada Heksa agar tidak usah ikut pramuka karena sepertinya akan hujan. Saya waktu itu nggak tahu ada kegiatan di sungai. Saya kira hanya di sekolah," ujar Rini.
Sampai hujan turun Rini tidak kepikiran apa‑apa. Sekira pukul 16.30 barulah Rini dipanggil ibunya (nenek Heksa).
"Saya dimarahin ibu saya. Beliau bilang ada berita (di media) anak‑anak SMP pada hilang, ada yang meninggal," kata Rini.
Rini kemudian beranjak ke sekolah untuk menjemput sang anak.
Di sekolah, sudah banyak orang tua yang menangis dan mencari anaknya. Rini mendapati anaknya yang menunggu di kelas 8D.
Baca: Kronologis Penemuan Dua Korban Terakhir Susur Sungai: Jasad Yasinta Ditemukan Lebih Dulu dari Zahra
Baca: Jadwal MotoGP 2020, Virus Corona Tak Ganggu GP Thailand
"Setelah ketemu langsung saya bawa pulang karena kondisinya basah kuyup," terang Rini.
Di rumah, setelah bersih‑bersih diri dan istirahat, Rini mengatakan Heksa tidak bersedia cerita banyak.
"Nggak usah cerita, Ma. Aku takut," ujar Heksa kepada Rini.
Rini melanjutkan, ketika hujan seharusnya sekolah cukup mengadakan kegiatan di sekolah dan lingkungan yang aman.
Ia mengaku tak sampai hati membayangkan perasaan orang tua yang anaknya jadi korban meninggal.
Kesedihan Paman Zahra
Hingga Sabtu siang belum semua orang tua menemukan anaknya, termasuk keluarga Zahra, siswi kelas 7 SMPN 1 Turi.
Indosuryo Hardiansyah, paman Zahra, mengaku sejak Jumat malam berada di puskesmas untuk mencari kepastian informasi tentang keponakannya.
"Sekira pukul 01.30, ayahnya (Zahra) tiba dari Surabaya," katanya.
Baca: 8 Siswa Tewas dalam Tragedi Susur Sungai, Guru Jadi Tersangka, Korban Masih Hilang Hingga Tadi Malam
Baca: Pembina Pramuka SMP 1 Turi Terancam 5 Tahun Penjara, Tinggalkan Siswa saat Susur Sungai
Mata sang ayah sembab, sedih. Sesekali dia menyeka air mata lalu menatap layar ponselnya.
Kakak Zahra, Cindy, juga terus meneteskan air mata. Cindy kemudian menunjukkan foto Zahra dari layar ponselnya.
"Anaknya agak kecil, hitam manis dia," katanya.
Ibu Zahra menunggu di rumah. Menurut Indosuryo, sang ibu terus menangis.
"Ibunya tadi telepon, tanya‑tanya. Ya semoga cepat ketemu," katanya.
Sedang di SMPN 1 Turi Sleman, suasana begitu ramai. Kegiatan belajar mengajar diliburkan.
Di samping tiang bendera di halaman sekolah, berjejer karangan bunga belasungkawa.
Makwan, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman menerangkan, korban luka‑luka yang menjalani rawat inap berjumlah dua orang, sedangkan 22 orang menjalani rawat jalan. (tribunjogja/air/uti/feb)