TRIBUNNEWS.COM - Belakangan ini masyarakat Indonesia dikagetkan dengan adanya ratusan siswa yang hanyut.
Rupanya para siswa tersebut hanyut saat mengikuti kegiatan pramuka susur sungai.
Totalnya, ada 249 siswa terbawa arus deras di Sungai Sempor pada Jumat (21/2/2020) lalu.
Siswa tersebut berasal dari SMPN 1 Turi, Sleman.
Akibatnya, 10 siswa meninggal dunia karena tidak bisa menahan air banjir yang datang.
Peristiwa itu pun amat disayangkan oleh berbagai pihak.
Sebab kegiatan susur sungai dilakukan bersamaan dengan datangnya hujan yang cukup deras.
Mirisnya, meski sudah diperingatkan warga, pembina pramuka tetap melanjutkan kegiatan, hingga merenggut nyawa 10 orang korban.
Cerita-cerita heroik saat menolong para siswa yang hanyut pun bermunculan.
Satu di antaranya cerita dari seorang pemancing bernama Kodir.
Darwanto alias Kodir adalah warga Kembangarum Wetan Kali, Donokerto, Turi, Kabupaten Sleman, DIY.
Pada saat peristiwa itu terjadi, ia berniat untuk memancing ikan di Sungai Semor.
Karena ia hobi memancing ikan di sungai-sungai.
Sedangkan keseharian Kodir diisi dengan mencari rumput dan beternak sapi.
Pada Jumat (21/2/2020) sore kala itu, sekitar pukul 14.00, Kodir melangkah keluar rumah.
Ia membawa joran untuk memancing di sungai berjarak lebih kurang 500 meter dari rumahnya.
Baru berjalan 100 meter dari tujuan, Kodir mendengar jeritan bersahut-sahutan.
Menurutnya sumber jeritan itu berasal dari suara remaja laki-laki dan perempuan.
Mereka teriak meminta tolong.
Seketika, ia membuang joran lalu berlari kencang menuju sumber suara.
Rupanya teriakan semakin jelas terdengar setelah ia berlari
Baca: Warga Sudah Mengingatkan, Pembina Pramuka SMP 1 Turi Jawab Kalau Mati di Tangan Tuhan
Terlebih saat ia tiba di atas tebing setinggi kisaran tiga meter dengan dasar sungai.
Di sungai berarus air kencang, Kodir menemukan puluhan remaja berseragam pramuka.
Mereka sedang memegangi batu, bambu, apapun benda yang bisa digenggam tangan agar tubuh tak hanyut terbawa arus.
Kodir berujar siswa tersebut tampak panik bercampur takut.
Posisinya ada yang di tengah dan adapula yang di pinggir sungai.
Mereka adalah siswa-siswi SMPN 1 Turi yang hanyut saat melakukan aktivitas susur sungai.
Semua terempas air deras kiriman dari hulu.
Tak tahu banjir akan datang, sebagian siswa terseret arusnya.
Sebagian lagi mencoba bertahan dengan memegangi apa saja yang ada di sana.
Kala itu posisinya berada di tebing setinggi tiga meter, Kodir melihat anak-anak itu berjuang untuk bertahan dari gempuran arus.
Kodir pun memutuskan untuk melompat ke bawah.
Kemudian, secepat mungkin, ia meraih satu per satu anak untuk dibawa ke pinggir sungai.
Baca: Belajar dari Insiden Siswa Hanyut, Inilah Pentingnya Jaga Keselamatan Berkegiatan di Sungai
Siswa-siswi yang sedang memegangi batu di tengah ia prioritaskan.
"Ada lebih dari 20 anak saya evakuasi."
"Enam di antaranya lemas," katanya kepada Tribun Jogja, Minggu (23/2/2020).
Dari enam anak yang dalam kondisi lemas, mayoritas adalah perempuan.
Mereka histeris. Mereka tak henti menangis. Mereka tampak benar-benar kaget.
Sedangkan siswa-siswi yang berada di pinggir tebing, ditolong oleh Adiknya.
"Adik saya, Tri Nugroho, ikut turun. Ia mengevakuasi mereka," imbuh Kodir.
Di tempat lain, Kodir melihat beberapa warga juga mencoba mengevakuasi siswa-siswi.
Para warga membantu menggunakan tali untuk diarahkan kepada siswa-siswi yang sedang memegangi bebatuan di pinggir sungai.
Setelah semua terevakuasi dan berada di atas tebing, Kodir coba mencari tangga bambu.
Ia mengambil tangga milik warga yang tinggal tak jauh dari lokasi.
"Saya menyeberangkan mereka ke jalur yang memungkinkan untuk dilalui."
"Proses evakuasi yang saya lakukan berlangsung lebih kurang tiga jam, pukul 14.30 sampai 17.30," ungkapnya.
Pada Senin (24/2/2020) pagi, Kodir pun menerima penghargaan dari Wakil Bupati Sleman, Sri Muslimatun.
Berkat upaya tulusnya menolong siswa-siswi hanyut.
Kronologi Penolongan
Dikutip dari TribunJogja, Kodir mengatakan awalnya ia sedang memancing bersama adiknya sekitar pukul 14.30.
Lantas, ia mendengar teriakan dari arah sungai.
Spontan, ia berlari ke sumber suara.
Kodir lantas melihat puluhan anak berada di dasar sungai.
Lalu ia melompat dari ketinggian tiga meter, dan langsung mengevakuasi anak-anak yang berada di sungai tersebut.
Selama Kodir dan adiknya melakukan evakuasi, keduanya tidak melihat ada siswa yang hanyut terbawa arus.
Semuanya bertahan dengan memegangi apapun yang ada di sungai.
Total ada lebih dari 20 anak yang dievakuasi oleh kodir, dan enam anak diantaranya dalam kondisi yang lemah.
(Tribunnews.com/Maliana, Tribunjogja.com/Sigit Widya)