TRIBUNNEWS.COM - Baru-baru ini sebuah 'curahan hati' seorang istri menjadi topik hangat untuk diperbincangkan di jagat maya.
Pasalnya, terjadi lagi, bukti adanya sistem patriarki yang masih melekat dalam rumah tangga di Indonesia.
Adapun curhatan itu bermula saat sang suami menyuruh istrinya untuk tidak perlu memasak.
Alasannya karena sang suami akan makan di luar bersama rekannya.
Oleh karena itu, sang istri pun mengira saat suaminya pulang, ia akan membelikan makan.
Rupanya saat suami datang, ia tak membelikan makan dan langsung beranjak untuk tidur.
Sang istri yang kelaparan karena menunggu suaminya datang pun hanya bisa bersedih.
Warganet turut menanggapi curhatan istri tersebut dengan spekulasinya masing-masing.
Meski begitu, dalam berkomentar, tak jarang warganet menyalahkan sosok istri yang masih 'gengsi'.
Jelas tidak semuanya, banyak juga warganet yang mendukung istri untuk bertahan dan memberi berbagai solusi.
Baca: VIRAL Kisah 6 Kakak Beradik jadi Yatim Piatu, Anak Ke-6 Baru Berusia 40 Hari, Warganet Beri Donasi
Baca: VIRAL Kisah 6 Kakak Beradik jadi Yatim Piatu, Anak Ke-6 Baru Berusia 40 Hari, Warganet Beri Donasi
Bukti budaya patriarki masih ada
Dalam kasus ini, Tribunnews.com menghubungi seorang sejarawan yang bergerak aktif dalam isu feminisme, Nadya Karima Melati.
Nadya membenarkan curhatan istri tersebut menjadi bukti patriarki masih melekat dalam rumah tangga di Indonesia.
"Kita memang harus melihat dari hal-hal kecil yang ada."
"Bagaimana patriarki bermula dan bagaimana pula dampak dari patriarki itu," ujar Nadya kepada Tribunnews, Rabu (26/2/2020).
Contoh nyata sebuah patriarki pun, lanjut Nadya, sangat mudah ditemukan.
Seperti komentar dari akun anonim di jagat maya hingga konflik rumah tangga di Indonesia.
"Sebenarnya mudah ditemukan di mana-mana, hal kecil saja seperti netizen yang berkomentar dan juga konflik rumah tangga yang selalu ada," ujar penulis buku 'Membicarakan Feminisme' yang terbit pada 2019 itu.
Menurut wanita berusia 25 tahun itu, bagi seseorang yang sudah menikah, bentuk patriarki bisa lebih nyata adanya.
Seperti sesimpel perlakuan para suami, ayah, atau perlakuan suami dalam curhatan dalam grup catatan hati seorang istri.
"Saya yang sudah menikah saya bisa melihat, bagaimana seorang suami memperlakukan istrinya."
"Bagaimana seorang ayah memperlakukan ibunya, dan bagaimana seorang suami-suami memperlakukan istrinya dalam grup catatan hati seorang istri," tegas wanita yang saat ini tinggal di Jerman itu.
Pada intinya contoh mudah dan nyata bentuk patriarki bisa langsung terlihat dalam komentar netizen.
"Sesimpel komentar netizen, kita melihat patriarki itu ada dan muncul dalam aktivitas sehari-hari yang kita lakukan," tutur Nadya kepada Tribunnews melalui sambungan telepon.
Nadya yang merupakan Co-Founder Support Group and Resource Center on Sexuality Studies itu mengatakan, suami dalam curhatan istri itu menjadi contoh adanya budaya patriarki yang masih melekat.
Padahal, ia menganologikan saat mereka berpacaran dahulu, pasti pertanyaan sudah makan atau belum selalu ditanyakan.
Nadya pun menjadi heran mengapa saat mereka sudah menikah pertanyaan itu menjadi 'hilang'.
"Bapak saya selalu membawa makanan saat di luar dan selalu bilang."
"Saat sedang makan enak pun pasti yang ada di pikirannya, istri dan anak-anaknya sudah makan atau belum."
"Karena hal itu adalah hal yang paling sederhana dalam cinta, karena cinta itu saling peduli," tegasnya.
Ia juga menuturkan keberadaan sang istri dimata suami hanya take for granted.
Yang berarti sang suami tidak peduli atas apa yang dikerjaan oleh istrinya.
"Si suami berpikir bahwa posisi atau keberadaan istri itu take for granted."
"Ia tidak menghargai istri sebagai manusia yang dicintai atau berhak diapresiasi atas kerja-kerja domestiknya," jelasnya.
Sebelumnya curhatan istri yang diunggah oleh akun Twitter @FOODFESS2 pada Minggu (23/2/2020) itu menjadi ramai.
Hingga Rabu (26/2/2020), curhatan itu sudah disukai 7.216 ribu dan dikomentari 3.157 ribu warganet di Twitter.
(Tribunnews.com/Maliana)