"Maka, kedua kategori tersebut berbeda perlakuan. Yang kami rawat adalah orang dalam pengawasan, jadi memang ada gejala klinis. Jadi dari Januari sampai hari ini ada 10 pasien. Pada hari Minggu (23/2/2020) memang ada pasien dalam pengawasan yang meninggal dunia," ujar dia.
"Jadi memang secara klinis pasien masuk dalam pengawasan, karena memang pasien ada riwayat kunjungan ke luar negeri dan menunjukkan gejala klinis bisa demam, batuk, sesak nafas, dan gangguan nafas berat," ungkapnya.
Agus menyampaikan, pasien dalam pengawasan itu diperlakukan sesuai dengan pedoman yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Yaitu, penanganan dan pemeriksaan penunjang yang tujuannya adalah mencari penyebab utama apakah terjadi infeksi virus corona.
Keterangan Medis dan Penyebab Meninggal
Menurut dr Fathur Nurcholis, SpPD-KP, medis yang menangani pasien tersebut, pasien dengan pengawasan terkait Covid-19 kemudian dinyatakan meninggal.
"Ternyata hasil pemeriksaan yang kami lakukan di Litbangkes, karena kita khawatirkan penyebabnya adalah virus corona itu tidak terbukti. Pasien yang kemarin meninggal itu karena infeksi di paru-paru yang bersifat berat," tuturnya.
Dia menuturkan, pasien itu meninggal karena kerusakan akibat sesuatu. Akibat sesuatu itu apa? Dia menegaskan kembali, jelas bukan virus corona.
Baca: Rekam Jejak Kasus Narkoba Vitalia Sesha, Dulu Pernah Buat Kapolsek Ditegur Tito Karnavian
Baca: Viral! Buru-buru Bawa Pasien, Sopir Ambulans Ketiban Apes Dimaki-maki Hingga Ditonjok Pengemudi Lain
"Hasil yang kami kirimkan ke Jakarta hasilnya negatif corona. Lalu apa saja penyebabnya? Penyebabnya infeksi, nah infeksi itu bermacam-macam. Secara garis besar yakni virus, bakteria, dan jamur atau makhluk hidup yang lain. Kasus seperti yang kemaren meninggal itu bisa terjadi kepada siapapun dan seban apapun juga, termasuk oleh bakteri," ujarnya.
"Kondisi tersebut bernama bronco pnemoni. Nah, bronco pnemoni angka kematiannya banyak. Penyebabnya apa? yang jelas bukan Covid-19," ungkapnya.
Dia menuturkan, seseorang dengan bronco pnemoni mengalami peradangan infeksi di saluran nafas di paru, maka orang ini akan mengalami gangguan dalam hal bernafas.
Sehingga orang ini tidak mengambil oksigen dan tidak bisa mengeluarkan co2 ini yang namanya gagal kondisi nafas.
"Pada pasien-pasien dengan kriteria yang berat apapun penyebabnya salah satunya bronco pnemoni itu akan mengalami suatu komplikasi yang namanya komplikasi multi organ, sehingga walaupun penyebab awalnya di saluran pernafasan komplikasinya bisa ke seluruh organ.
Kalau semua organ-organ ini mengalami kelelahan, mengalami kerusakan. Secara otomatis sel-selnya akan mengalami kematian," tuturnya.
"Jadi penyebab meninggalnya, satu karena gagal nafas dan kedua karena shapesis shock dengan multiorgan. Yang perlu ditegaskan kembali kasus bronco pnemoni itu, sekali lagi penyebabnya banyak, ada yang bakteri, virus, dan jamur itu bisa terjadi kepada siapapun. Baik orang ini dalam pengawasan dan pemantauan terkait covid-19 atau bukan," tandasnya.
Baca: Casemiro Sesumbar hingga Kekesalan Zinedine Zidane Warnai Kekalahan Real Madrid atas Manchester City
Baca: Pertemuan Ahmad Dhani & Maia Estianty, Dul Keceplosan Ingin CLBK, Mulan Jameela Ikut Unggah Video