Hal yang lebih mengejutkan menurut perempuan yang juga menjabat sebagai direktur Migrantcare ini adalah tersebarnya data privasi pasien.
"Dan itu sudah viral saat kami menerima, nama detail alamat dan lain sebagainya."
"Beberapa saat setelah itu kemudian perumahan katanya penuh sekali dengan media yang menyorot rumah dan lain sebagainya," mbuh Anis.
Anis melanjutkan ceritanya, setelah dirinya mendapat kabar, suami Anis yang kebetulan menjadi ketua RT di perumahan tersebut menghubungi pasien lewat sambungan telepon.
Dalam komunikasinya, suami Anis menanyakan kepada pasien sejumlah hal seperti keberadaannya.
"Dan beliau (pasien) menyatakan bahwa kami juga kaget. Kami tidak tahu kalau kami positif tiba-tiba berita yang kami terima adalah kami sudah positif, tetapi saya (pasien) tahunya dari media."
"Sama sekali tidak ada dokter siapapun yang memberitahukan kepada kami jika positif kena virus ini," ujar Anis.
Baca: Bakal Disulap Jadi RS Khusus Corona, Bangunan Bekas Camp Vietnam di Galang Batam Bagai Rumah Hantu
Kabar perihal positifnya dua warga di perumahan lingkuan Anis membuat syok tetangga dan kedua pasien.
Anis menyayangkan kenapa data privasi pasien bisa tersebar begitu saja.
Kemudian dirinya membandikan kondisi tersebut dengan luar negeri.
"Setahun kami, data pasien di berbagai negara diproteksi, nick name saja tidak ada."
"Kalau (di sini) ada pasien satu dua tiga misalnya, tetapi begitu diumumkan oleh presiden semua datanya viral, bahkan wali kota menyebutkan nama dan alamatnya," ucapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Anis juga menyoroti sejumlah informasi yang belum tentu benar perihal kondisi pasien serta lingkungan perumahan tempat tinggalnya.
Informasi tersebut diketahui telah beredar luas di masyarakat.