TRIBUNNEWS.COM - Pelecehan seksual kembali menimpa seorang siswi SMA.
Seorang siswi SMA berinisial RA di Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), menjadi korban pelecehan seksual yang dilakukan kepala sekolahnya.
Kepala sekolah berinisial (SA) tersebut kemudian diamankan polisi.
Diberitakan Kompas.com, PAUR Subbagian Humas Polres Dompu Aiptu Hujaifah mengatakan, peristiwa tak pantas yang dilakukan SA terjadi di ruang kelas yang kosong saat siswa lain mengikuti proses ujian semester.
Menurut Hujaifah, modus yang dilakukan SA kepada korban berawal dari pesan singkat yang ia kirimkan pada RA.
SA meminta korban untuk menemuinya di sebuah ruangan.
"Saat korban menemuinya, pelaku ini pura-pura mengajak foto selfie dengan siswinya tersebut menggunakan telepon seluler," kata Hujaifah.
Hujaifah menambahkan, pada saat itu, korban tak merasa curiga sedikit pun.
Baca: Puluhan Wanita Mengadukan Aksi Pelecehan Seksual Harvey Weinstein, Produser Film Ini Sempat Berkelit
Korban pun kemudian menuruti permintaan kepala sekolahnya itu.
Lalu mereka berfoto di ruang kelas yang kosong.
Saat mereka berdiri bersebelahan, SA tiba-tiba merangkul dan mencium korban.
Korban pun sontak berontak namun pelaku justru menarik paksa tubuhnya.
"Korban melakukan perlawanan hingga berhasil melarikan diri pulang ke rumah.
Kemudian menceritakan kejadian itu ke orangtuanya," ujarnya.
Mengetahui peristiwa yang dialami putrinya, orang tua korban pun tak terima.
Mereka kemudian melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Dompu.
Kini, pelaku telah mendekam dalam sel tahanan polres setempat.
Hujaifah mengatakan, pasca-kejadian tersebut, keluarga korban dan warga sekitar yang tak terima dengan perbuatan pelaku sempat melakukan aksi blokade jalan, Selasa malam.
Baca: Oknum Diriver Ojol Pelaku Pelecehan Seksual Siswi SMK di Ciracas Sudah 6 Kali Beraksi
Namun, aksi warga tak berlangsung lama.
Polisi segera melakukan mediasi dengan keluarga korban.
"Alhamdulillah, jalan kembali dibuka setelah pihak keluarga memastikan pelaku telah ditangkap," ujarnya.
Hal yang Harus Dilakukan setelah Mengalami Pelecehan Seksual
Aktivis perempuan sekaligus Co-Director Hollaback! Jakarta, Anindya Restuviani menuturkan, sebagai korban pelecehan seksual, hal yang paling penting untuk dilakukan adalah penyembuhan trauma yang mereka alami.
"Mencari dukungan secara mental maupun hukum juga dapat dilakukan," tambah perempuan yang akrab disapa Vivi itu pada Tribunnews.com, Kamis (12/3/2020) sore.
Vivi menambahkan, peran lingkungan sekitar korban juga perlu untuk memberi dukungan korban melaporkan kejadian yang ia alami.
"Tapi butuh peran sekitar mereka untuk dapat menjadi sistem dukungan yang baik untuk korban agar korban dapat melaporkan kekerasan yang mereka alami," terangnya.
Baca: Marak Pelecehan Seksual, Sejumlah Siswi Jadi Korban, Aktivis Perempuan Beri Tanggapan
Menurut Vivi, kasus kekerasan seksual memang sangat banyak terjadi di Indonesia.
Namun, ia menyayangkan anggapan sebagian masyarakat terhadap kasus tersebut.
Menurut Vivi, beberapa jenis pelecehan seksual masih dianggap hal yang wajar bagi masyarakat.
Bahkan, sebagian orang justru menyalahkan korban.
Baca: Terjadi Dua Kali Pelecehan di Gang Ciracas, Pelaku Diduga Orang yang Sama
"Sayangnya masih banyak masyarakat yang menganggap beberapa jenis pelecehan seksual adalah hal yang wajar atau malah menyalahkan korban," tuturnya.
"Karena itu, banyak kasus yang tidak terlaporkan atau tidak terdeteksi," lanjut Vivi.
Selain itu, Vivi menambahkan, penegakan hukum di Indonesia belum sepenuhnya bisa melindungi korban.
"Hukum yang dimiliki oleh Indonesia juga masih belum sepenuhnya berperspektif korban sehingga belum bisa melindungi korban sepenuhnya, malah sering kali merugikan korban," ujarnya.
Cara Hindari Pelecehan Seksual
Sementara itu, Psikolog Yayasan Praktek Psikolog Indonesia, Adib Setiawan, S. Psi., M. Psi. memberi saran untuk menghindari kasus pelecehan seksual.
Menurut psikolog yang berkantor di Bintaro, Jakarta Selatan itu, satu cara yang dapat dilakukan untuk menghindari pelecehan seksual di antaranya yaitu menjaga jarak ketika ada seseorang yang bertanya di jalan.
"Harus jaga jarak ketika ada orang-orang yang pura-pura tanya alamat misalnya, jaga jarak aman," kata Adib saat dihubungi Tribunnews.com, Rabu (11/3/2020) sore.
Selain itu, Adib menyarankan, sebisa mungkin perempuan tidak berjalan sendirian.
Baca: Didatangi Bupati, Siswa Pelaku Pelecehan Minta Guru & Kepsek Tak Disalahkan: Ini Kesalahan Kami
"Sebisa mungkin, kalau perempuan, jangan sendiri tapi ada teman berdua gitu untuk jalan, kemungkinan pelecehan kalau jalan berdua itu lebih kecil," tuturnya.
Adib menambahkan, berlatih bela diri juga akan membantu untuk melawan aksi pelecehan seksual.
Sementara itu, ketika mengalami pelehan seksual, Adib menyarankan korban untuk berani melawannya.
"Dilawan saja secara verbal bahwa 'saya tidak suka dilecehkan', pasti dia (pelaku) juga takut," kata psikolog dari www.praktekpsikolog.com tersebut.
Baca: Gang di Ciracas Tempat Dua Siswi Alami Pelecehan Seksual Dikenal Rawan, Warga Pasang CCTV Sejak 2018
Menurut Adib, pelaku pelecehan seksual biasanya memiliki keberanian melakukan aksi tak pantasnya itu karena merasa korban lemah.
"Pelaku pelecehan kan dia berani karena si korban terlihat diam, kelihatan takut dilecehkan, jadi harus kelihatan berani," ujar dia.
Selain itu, Adib mengatakan, korban pelecehan seksual harus memberanikan diri untuk angkat bicara.
"Harus melapor ke pihak berwajib atau melapor ke orang tua, saudara, supaya diproses," kata Adib.
"Yang penting punya keberanian," sambungnya.
(Tribunnews.com/Widyadewi Metta) (Kompas.com)