Padahal, di negara tersebut, seorang chef yang mengolah masakan ikan buntal dibekali dengan aturan yang sangat ketat.
"Di Jepang, negara yang terbanyak mengonsumsi ikan buntal, chef yang mengolah ikan tersebut harus melewati pelatihan minimal tiga tahun dengan standar yang amat tinggi," terang Fiarry pada Tribunnews.com, Rabu (11/3/2020) malam.
"Bahkan, dengan aturan chef yang ketat, tetap ada sekitar 50 orang tiap tahun yang dilarikan ke RS karena keracunan ikan buntal ini," sambungnya.
Baca: Rekrutmen Taruna Akpol, Pendaftaran Buka hingga 23 Maret 2020
Baca: Ikan Buntal Hasil Mancing Jadi Petaka, Pasutri & Mertua di Jatim Tewas, Balitanya Kini Yatim Piatu
Oleh karena itu, Fiarry pun tak menyarankan masyarakat Indonesia untuk mengonsumsi ikan buntal.
"Maka untuk di Indonesia, saya tidak menyarankan untuk mengonsumsi ikan ini karena pengolahannya yang sangat sulit dan risikonya sangat tinggi," tutur Fiarry.
Fiarry mengatakan, organ dalam pada ikan buntal menjadi bagian yang paling banyak mengandung racun.
"Ikan buntal ini mengandung racun terutama di organ dalamnya, seperti liver, ovarium, mata, maupun kulit," terangnya.
Fiarry menuturkan, racun pada ikan buntal bekerja dengan cara memblokir kanal natrium pada tubuh.
Sehingga, otot-otot akan mengalami kelumpuhan yang menyebabkan orang tersebut tidak bisa bernapas.
Seseorang pun dapat meninggal dunia karena kehabisan napas akibat racun ini.
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Satu Keluarga Tewas Keracunan Ikan Buntal, Dokter: Ikan Buntal 1.200 Kali Lebih Beracun dari Sianida.
(Tribunnews.om/Endra Kurniawan/Metta)