TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG- Nada Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, tiba-tiba meninggi saat menerima celetukan dari seorang pejabat Pemerintah Kabupaten Brebes.
Ganjar 'menampar' pengelolaan pemerintah Brebes dalam penanganan pandemi corona ketika mengadakan video conference (vicon) bersama 35 kepala dinas kesehatan dan 59 direktur rumah sakit se-Jawa Tengah terkait pengendalian penularan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), Senin (23/03/2020).
"Saya minta aparat di Brebes agar responsif kepada rakyatnya," kata Ganjar dalam video yang sudah banyak dibagikan dan tengah ramai dibicarakan warganet Brebes, Selasa (24/3/2020).
"Oh iya o, pasti," celetuk Kepala Dinas Kesehatan Brebes, Sartono, menjawab permintaan Ganjar.
Ia menjawab dengan logat Brebesan dimana di akhir frasa ada imbuhan 'o'.
"Jangan bilang pasti dulu, Brebes itu paling lemot," kata Ganjar.
"Komplain paling banyak itu di Brebes. Catat yah. Malah lapornya ke saya," ucapnya.
Orang nomor satu di Jateng itu menegaskan Brebes merupakan pintu masuk warga dari luar Jateng.
Merupakan daerah perbatasan yang harus gencar melakukan pencegahan penularan corona.
"Sampaikan ke bupati dan wabup, Brebes harus bersiap-siap, ada di perbatasan.
Hotline service harus disiapkan," kata politikus PDIP itu.
"Ini berkali-kali, Brebes ini butuh tindakan yang luar biasa.
Pengelolaan pemerintahnya tidak boleh biasa-biasa saja, harus luar biasa kita berikan semua untuk rakyat, kita buka komunikasinya," lanjutnya.
"Nuwun sewu, saya agak keras pada Brebes.
Karena memang masyarakat njenengan (anda) laporannya banyak sekali.
Sopo sing kudu nangani? (Siapa yang harus menangani?) Bupati dan semuanya," tandasnya.
Dalam vicon tersebut, sebelumnya Dinas Kesehatan Brebes menanyakan pada Ganjar skema pembiayaan untuk rumah sakit lini ketiga.
Mereka juga menanyakan langkah apa yang harus dilakukan jika terjadi outbreak (kejadian luar biasa) corona kaitannya dengan sumber daya manusia yang ada.
Sukoharjo KLB
Ada fakta menarik terkait penatapan status Kejadian Luar Biasa (KLB) Corona di Kabupaten Sukoharjo yang disampaikan langsung Bupati Wardoyo Wijaya, Senin (23/3/2020).
Penetapan status tersebut tidak bisa dilepas dari kasus karena ada warganya yang positif Covid-19 sehingga kini masih dirawat intensif di RSUD Dr Moewardi Solo.
Bagaimana warga Kota Makmur, sebutan Kabupten Sukoharjo bisa terjangkit virus mematikan dari Wuhan China?
Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Sukoharjo, Gani Suharto menjelaskan, satu orang warganya yang berjenis kelamin laki-laki bisa terjangkit dan positif Corona karena sempat mengikuti acara outbound bersama teman-teman seprofesinya.
Acara outbound tersebut diketahui dilaksanakan di suatu tempat di Semarang, Jawa Tengah.
"Saya dengar kemarin dia sempat ikut outbound dengan satu kantornya," katanya usai rapat Gugus Tugas Covid-19 di Menara Wijaya Setda Sukoharjo, Jalan Jenderal Sudirman, Senin (23/3/2020).
Gani memastikan, pasien tersebut saat masih menjalani perawatan intensif di ruang isolasi RSUD Moewardi Solo.
"Masih dirawat di RSUD Dr Moewardi," imbuhnya.
Dia menjelaskan, kasus ini juga menyambung dengan beberapa wilayah lain, mengingat peserta outbound datang dari berbagai wilayah.
Dari informasi yang dihimpun TribunSolo.com, dia sudah dirawat di rumah sakit sejak pekan lalu.
Namun hasil pemeriksaan laboratorium baru keluar kemarin dan terkonfirmasi positif Corona.
Untuk mencegah penyebaran Covid-19 ini, Dinkes Sukoharjo telah melaksanakan penyelidikan epidemiologi terhadap semua PDP dan terkonfirmasi positif.
“Semua orang yang pernah melakukan kontak dengan PDP maupun Positi Corona akan dilakukan pemantauan kesehatan dan diisolasi mandiri,” terangnya.
Dengan ditemukannya satu orang positif Covid-19 ini, Pemkab Sukoharjo langsung menetapkan status KLB.
Baca: Virus Corona Bikin Penumpang MRT Turun Drastis, di Akhir Pekan Cuma 5.000-an Orang
Baca: Bersama Melawan Covid-19 bank bjb Salurkan Bantuan Melalui Jabar Quick Response
Baca: Peta Wisma Atlet Kemayoran, Zona Hijau Disemprot Disinfektan, Kuning Wajib Masker dan Merah APD
Sebelumnya, Kabupaten Sukoharjo akhirnya mengikuti jejak Kota Solo dengan menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) virus Corona, Senin (23/3/2020).
Keputusan ini ditetapkan karena ada warga Sukoharjo, yang saat ini tengah dirawat intensif di ruang isolasi karena dinyatakan positif Corona atau Covid-19 di RSUD Dr Moewardi Solo.
Bupati Sukoharjo, Wardoyo Wijaya mengumumkan sendiri status Kabupaten Sukoharjo KLB Corona usai rapat dengan Gugus Tugas Covid-19 bersama sejumlah pejabat.
"KLB hari ini (Senin 23 Maret 2020) sampai seterusnya," ungkapnya saat jumpa pers bersama sejumlah pejabat di Gedung Terpadu Menara Wijaya Pemkab Sukoharjo, Jalan Jenderal Sudirman.
"Masyarakat tidak keluar rumah dulu, kalau nekat itu resiko sosialnya mereka," kata dia menegaskan.
Tidak hanya, orang nomor satu di Kota Makmur itu juga melarang adanya kegiatan yang dapat mengumpulkan orang banyak, seperti olahraga, pengajian, hajatan dan lainnya.
"Subtansinya pada pengumpulan orang, bukan kegiatannya," imbuhnya.
Kendati demikian, Wardoyo menekankan jika Kabupaten Sukoharjo belum dalam status lockdown.
Hotel dan GOR Jatidiri Jadi Ruang Isolasi
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menyiapkan tempat untuk dijadikan ruang isolasi penanganan virus corona sebagai langkah antisipasi.
Hal itu disampaikan Ganjar seusai rapat terbatas melalui vicall dengan Presiden di rumah dinasnya, Selasa (24/3/2020).
Menurutnya, berbagai skenario telah disiapkan, mulau skenario ringan, sedang sampai skenario terburuk.
Ia mengungkapkan, ada bberapa lokasi untuk isolasi selain rumah sakit yang juga sudah didata.
Di antaranya Balai Diklat Pemprov, Balai Diklat Kemenag, Asrama Haji Donohudan, Hotel Kesambi milik Pemprov, juga gelanggang olahraga seperti Jatidiri.
Bahkan Ganjar juga meminta tenda-tenda disiapkan sebagai alternatif paling akhir.
"Kalau kondisi memburuk, kami sudah menyiapkan beberapa tempat seperti Balai Diklat atau hotel milik kami sebagai ruang isolasi. Balai diklat dan hotel milik Pemprov memiliki kamar lumayan banyak, sehingga bisa disiapkan untuk itu," tegasnya.
Pihaknya juga telah berkoordinasi dengan TNI/Polri dalam rangka persiapan kemungkinan terburuk.
Beberapa aset milik dua lembaga negara itu sudah didata dan disiapkan apabila dalam kondisi darurat sebagai ruang isolasi.
"Bahkan sekarang saya sudah meminta BPBD untuk mendata, berapa jumlah tenda yang kita punya. Kami sudah mengantisipasi sampai sedetil itu sambil terus berusaha melakukan langkah-langkah preventif," ucapnya.
Ia berharap skenario buruk itu tidak sampai terjadi. Untuk itu, semua cara dalam rangka menekan angka penularan virus covid-19 harus dilakukan seoptimal mungkin.
"Kita harus melakukan tindakan preventif untuk pelandaian jumlah penderita. Supaya tidak semua tertular dan lari ke rumah sakit. Itu pasti memberatkan dan rumah sakit tidak akan mampu.
Untuk itu saya perintahkan seluruh Bupati/Wali Kota, Camat, Lurah hingga RT/RW gencar melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk tetap tinggal di rumah," tegasnya.
Sedangkan untuk rumah sakit, lanjutnya, kini disiapkan rumah sakit lini satu sebanyak 13, kemudian lini dua 45 dan lini tiga adalah sisanya.
"Inventarisasi akan terus kami dorong termasuk beberapa rintisan rumah sakit di Solo dan Brebes yang akan kami siapkan khusus untuk penanganan ini," kata dia.
Selain itu, dukungan beberapa rumah sakit swasta juga telah dipersiapkan. Meski tidak memiliki ruang isolasi banyak, namun bantuan dari rumah sakit swasta itu diharapkan mampu menanggulangi.
Saat ini Pemprov Jateng telah menyiapkan 303 ruang isolasi yang tersebar di 58 rumah sakit yang ada. Jumlah itu dipastikan meningkat karena adanya dukungan beberapa rumah sakit swasta yang ikut berpartisipasi. (*/mam)
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Nada Ganjar Meninggi Sebut Brebes Paling Lemot Tangani Pandemi Virus Corona