"Sepanjang masa perawatan itu kami terus berusaha menghubungi beberapa rumah sakit yang mempunyai ruang PICU, seperti Bunut penuh, di Hermina penuh, ke Bogor pun penuh," katanya.
"Bahkan mereka mencoba ke Hasan Sadikin Bandung juga penuh, di Jakarta, tepatnya di Sentul, itu karena sedang PSBB tidak dapat menerima pasien di luar wilayah, jawaban mereka," ucap Wisnu.
Karena rumah sakit rujukan penuh, pihaknya terus berupaya dengan maksimal menangani korban di IGD RSUD Palabuhanratu.
"Terjadilah yang kami khawatirkan yaitu kejang, karena zat atau bahan itu kemungkinan sudah menyerang ke saraf. Timbul kejang, anak itu sudah tidak tertolong," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya orang tua korban Sihabudin mengatakan, peristiwa tersebut terjadi setelah dia mengambil cairan disinfektan dari BPBD yang akan digunakan untuk menyemprot masjid yang berjarak sekitar 10 meter dari tempat tinggalnya.
Sisa cairan di dalam botol air mineral ia simpan di bawah kursi di dalam rumahnya.
"Saat itu anak saya pulang main diantar sama eyangnya, mungkin dia haus, dia bilang ke eyangnya, 'Eyang, Aa mau minum', langsung ambil sisa cairan disinfektan di dalam botol. Sempat dilarang sama eyangnya, 'Akang jangan", dia tetap minum. Enggak banyak minumnya. Di situ istri saya kaget, bilang ke saya ini kenapa wajahnya pias," ungkap Sihab kepada awak media di RSUD Palabuhanratu. Senin (20/4/2020).
Sebelum dibawa ke RS, dia mengatakan, putranya sempat diberi minum minyak sayur untuk memancing cairan disinfektan yang telah diteguk agar keluar.
Anaknya muntah namun kondisinya lemas. Sihabudin langsung membawanya ke RSUD Palabuhanratu.
"Kata petugas medis perlu dirawat di ruang PICU dan ada di Rumah Sakit Bunut (RSUD R Syamsudin SH) dan Hermina, tapi katanya dua RS itu penuh. Saya kebagian antrean nomor tiga di Bunut, nunggu keputusan jam 21.00 WIB," tutup Sihabudin.
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Anak Balita Meninggal karena Minum Disinfektan, Ini Penjelasan Pihak Rumah Sakit