News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

3 Pemudik Kapok Dikarantina di Rumah Angker, Bupati Sragen: Orang Indonesia Itu Takut Sama Hantu

Penulis: Nuryanti
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bupati Sragen Kusdinar Yuni Untung Sukowati

TRIBUNNEWS.COM - Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati buka suara soal pemudik yang jera setelah dimasukkan di rumah hantu yang terletak di Desa Sepat, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen.

Ia mengaku telah menyiapkan rumah kosong berhantu agar para pemudik yang tak patuh isolasi mandiri bisa jera.

Menurutnya, orang Indonesia takut dengan hantu, sehingga pemudik yang dikarantina bisa disiplin.

"Memang harus dibuat kapok, orang Indonesia itu takut sama hantu."

"Ini hanya kita ambil efek jeranya mereka, supaya mereka bisa memaklumi dan disiplin terhadap komitmen ini," ujar Yuni, dikutip dari YouTube Najwa Shihab, Kamis (30/4/2020).

Kebijakan yang diambil oleh Pemkab Sragen tersebut diakuinya untuk kesehatan bersama.

"Karena untuk kesehatan bersama, mereka pulang kampung jangan sampai membawa penyakit dibawa pulang ke kampung," ungkapnya.

Baca: Cerita Bupati Sragen Sebelum Muncul Ide untuk Karantina Pemudik di Rumah Kosong Berhantu

Baca: 5 Fakta Rumah Hantu di Sragen yang Jadi Tempat Karantina, Awal Berdiri hingga Kondisi Bangunan Kini

Baca: Bupati Sragen Karantina Pemudik Bandel di Rumah Hantu : Kunci dari Luar, Beri Makan 3 Kali Sehari

Ia pun memberi instruksi agar pemudik yang bandel tersebut diberi hukuman.

Adapun hukuman yang disiapkan untuk membuat pemudik jera yakni rumah kosong berhantu di Desa Sepat.

Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati (YouTube Najwa Shihab)

"Saya meminta teman-teman juga di desa untuk aktif karena banyak orang yang ngeyel ini harus kita berikan punishment (hukuman)"

"Sehingga kita siapkan di Desa Sepat, ada gedung kosong yang 10 tahun tidak dihuni kita bersihkan, kita gunakan untuk itu," jelas Yuni.

Menurut dia, pemudik yang telah dikarantina di rumah hantu tersebut hanya bertahan tiga hari.

Baca: Bandel Tak Jalani Karantina Mandiri, 3 Pemudik Asal Sragen Dijemput untuk Karantina di Rumah Angker

Baca: Cerita 3 Orang yang Dikarantina di Rumah Hantu Sragen: Tak Tahan Sering Diganggu Makhluk Halus

Baca: Menyelisik Bangunan Tua Menyeramkan yang Akan Jadi Tempat Karantina ODP Bandel di Sragen

Mereka meminta isolasi mandiri di rumah, karena mengalami kejadian mistis selama proses karantina.

"Ada tiga orang yang memakai (gedung) ini, tapi mereka hanya bertahan tiga hari, karena ketakutan."

"Lalu mereka lapor kepada satgas yang berjaga di depan rumah. Mereka minta untuk pulang ke rumah dan melanjutkan karantina mandiri."

"Pihak desa mengizinkan, dan gedungnya saat ini kosong," terang Kusdinar Untung Yuni Sukowati.

Penuturan Kades

Dikutip dari Kompas.com, Kepala Desa Sepat, Mulyono mengatakan, tiga pemudik itu sebelumnya pulang dari Jakarta, Kalimantan, dan Lampung.

Mereka sudah diminta untuk melakukan karantina mandiri selama 14 hari.

Baca: Evaluasi Larangan Mudik, Jubir Kemenhub: Masyarakat Masih Penyesuaian

Baca: Uang Refund Tiket Mudik Kembali 3 Hari via KAI Access, Belum Punya Aplikasinya? Ini Cara Registrasi

Baca: Kemenpan RB: PNS Wajib Patuhi Larangan Mudik

Namun, karena tidak tertib, mereka dijemput Satgas Covid-19 Desa Sepat dan dikarantina di rumah yang diduga berhantu.

"Dua hari mereka nangis-nangis terus. Tiap malam katanya didatangi dan dibayang-bayangi hantu di rumah hantu," kata Mulyono, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (25/4/2020).

Bekas rumah dinas sinder atau mandor tebu bakal disulap menjadi lokasi karantina bagi orang dalam pemantauan (ODP) yang bandel di kompleks bekas Pabrik Gula Sido Wurung atau lebih dikenal dengan Kedoeng Banteng, Desa Gondang, Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen. (TribunSolo.com/Istimewa)

Setelah kejadian itu, orangtua pemudik memohon kepada kepala desa agar anak mereka bisa dikarantina di rumah.

Mulyono akhirnya mengabulkan permohonan itu dengan syarat orangtua harus mengawasi anaknya dengan ketat.

"Orangtuanya setuju untuk membantu dan mengawasi anaknya karantina mandiri di rumah akhirnya kita lepaskan dari rumah hantu," jelasnya.

(Tribunnews.com/Nuryanti) (Kompas.com/Labib Zamani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini