TRIBUNNEWS.COM -- Bagi pencinta satwa, binatang akan diperlakukan seperti keluarganya sendiri, mereka akan merawat kucing atau binatang lainnya dengan kasih sayang seperti anak sendiri.
Hewan itu dimandikan, dikasih makanan kesukaan, diajak bercanda, dirapikan dan dirawat bulunya, dikasih vitamin dan sebagainya.
Itu hewan piaraan yang telah dimiliki dan dimanjakan oleh pemiliknya dengan penuh perhatian.
Lantas bagaimana nasib kucing atau anjing jalanan tiada pemiliknya. Siapa yang peduli kepada nasib mereka?
Ada pemuda bernama Tono atau Tri Martono (27) nama lengkapnya.
Tiap hari dia datang ke sekitar 14 lokasi untuk memberikan makan kepada kucing-kucing jalanan itu.
Begitu Tono datang di pasar lalu bersiul.
Tak lama kemudian siulan Tono disambut ratusan kucing di Pasar Damar Banyumanik Kota Semarang.
Ya, bak seperti bapaknya sendiri, kucing-kucing liar tersebut nampak 'manut' kepada pria ini.
Sebagaimana Rabu (10/6) malam itu, Tono datang dan bersiul di lokasi tersebut.
Baca: Mengagetkan! Resep Rahasia Resto Terkenal dan Laku ini Adalah Kuah yang 45 Tahun Tak Pernah Diganti
Baca: Viral Ikan Arwana Rp 2 Juta Digoreng Ayah Tanpa Izin, Ini Kisah di Baliknya, Awal Beli 4 Tahun Lalu
Baca: Jokowi Buka Rakornas Pengawasan Intern Pemerintah Tahun 2020
Baca: LENGKAP! Cara Klaim Token Listrik Gratis PLN Bulan Juni, Login www.pln.co.id atau WA 08122123123
Seperti sudah dihafal oleh kucing-kucing, siulan Tono menjadi pertanda makanan akan datang.
Tono dibantu seorang kawannya segera menuangkan beberapa genggam makanan kucing di lantai pasar agar kucing-kucing tersebut segera makan.
Tono pun senang lihat ratusan kucing tampak lahap makan.
"Kalau ditanya alasan kenapa mau melakukan kegiatan rutin memberi makan kucing, inilah jawabannya.
Mereka bisa makan dengan lahap dan sehat itu menjadi kepuasan batin tersendiri," terang Tono kepada Tribunjateng.com.
Tiap malam dia rutin memberikan makanan kepada kucing jalanan yang hidup di lingkungan pasar dan tempat pembuangan sampah (TPS) di wilayah Kecamatan Banyumanik.
Ada 14 titik lokasi dia datangi setiap malam, dengan menghabiskan 5 kilogram pakan kucing dan dua bungkus makanan kucing basah.
"Biasanya saya keluar dari rumah pukul 21.00 WIB, pulang tak menentu, paling awal pukul 23.00, atau jika telat pukul 03.00. Itu jika lagi banyak kucing sakit sehingga harus diobati," paparnya.
Tono menyebut tidak hanya memberikan makan kucing, melainkan juga berupaya mengobati kucing ketika dalam kondisi sakit.
Tidak heran ketika berkeliling, dia membawa tas besar warna hitam yang berisi pakan kucing lengkap dengan peralatan obat-obatan khusus hewan seperti obat luka hewan berbentuk spray, vitamin, obat cacing, salep, obat mata, infus dan lainnya.
"Kucing jalanan hidup di daerah yang kurang bersih sehingga seringkali mereka diserang penyakit seperti cacingan, mata terluka, belatungan dan lainnya.
Maka kami selalu bawa obat-obatan agar kucing bisa kembali sehat," jelasnya.
Tono mengungkapkan, keahlian penanganan pertolongan pertama terhadap hewan diperoleh secara otodidak maupun belajar langsung dari dokter hewan.
"Berhubung banyak interaksi dengan dokter hewan, mereka memberi tahu saya cara penanganan medis," ucapnya.
Dia melanjutkan, mulanya konsisten memberi makan kucing yang dia lakukan awal tahun 2019 lalu lantaran spontanitas ingin berbagi sesuatu yang bermanfaat.
Tiba-tiba saja terbersit dalam pikirannya untuk membeli pakan kucing dari uang hasil pekerjaan sambilannya sebagai pekerja seni tato.
"Saya memiliki pekerjaan sambilan menato orang, saya pikir ketika itu uang hasil menato akan selalu habis dan tidak ada manfaatnya.
Maka saat itu saya sisihkan Rp 200 ribu untuk beli pakan kucing dari hasil menato," jelas pria yang memiliki pekerjaan tetap sebagai satpam ini.
Bermula dari itulah, Tono ketagihan untuk terus peduli terhadap hewan jalananan mulai dari kucing maupun anjing.
Namun lantaran di wilayah tempat tinggalnya lebih banyak dijumpai kucing maka dia cenderung memperhatikan hewan tersebut.
"Sebenarnya saya tidak mau hanya disebut pencinta kucing saja, saya lebih suka disebut seseorang yang peduli hewan jalanan," katanya.
Dalam proses kepedulian terhadap kucing maupun hewan jalanan tersebut, Tono pernah terkendala soal pakan yang didistribusikan ke hewan-hewan.
Hal itu mendorong Tono untuk menyiasati dengan memungut nasi yang masih layak makan di tempat-tempat sampah terutama di area perumahan.
"Dulu sering memungut namun lama kelamaan orang-orang di perumahan mulai kenal saya sehingga mereka malah memberikan nasi sisa kepada saya untuk diberikan ke kucing," ucapnya.
Tono juga aktif membagikan kegiatannya tersebut ke berbagai platform media sosial seperti facebook, instagram, dan youtube.
Media sosial yang merekam kegiatan Tono terangkum di akun Youtube 'cat meong', instagram di akun pedulikucingliarsemarang dan fanspage facebook bernama gra nd onk.
Dari media sosial itulah, pengikutnya di media sosial tersentuh dengan aktifitas pemuda bertato itu sehingga mereka mengusulkan Tono untuk membuka donasi agar mereka bisa membantu.
"Alhamdulillah ternyata banyak yang peduli terhadap hewan jalanan, tidak hanya dari warga Semarang tetapi daerah lain.
Bahkan warga Indonesia yang bekerja di Taiwan, Malaysia dan India ikut aktif memberikan donasi peduli hewan jalanan khususnya kucing," jelasnya.
Di sisi lain, Tono terus meningkatkan kepedulian terhadap hewan jalananan dengan membuat kandang rehab di atas tanah belakang rumahnya.
Kandang tersebut seluas 3 x 10 meter memiliki fasilitas inkubator, wastafel dan lainnya.
Proses kandang rehab masih dalam pengerajaan yang rencana akan selesai dua bulan lagi.
"Memang prosesnya agak lama karena saya kerjakan sendiri di sela-sela waktu luang," katanya.
Kandang itu, berfungsi sebagai rumah singgah bagi hewan jalanan yang membutuhkan pertolongan medis.
Setelah dirawat di rumah rehab dan membutuhkan penanganan medis lanjutan maka akan dibawa ke dokter hewan.
Kandang rehab itu dibangun atas pengalaman Tono yang pernah beberapa kali menangani kucing liar yang membutuhkan pertolongan medis secepatnya.
Di antaranya pernah menolong tiga kucing yang tertabrak mobil hingga rahang patah sehingga sempat dirawat di dokter hewan selama seminggu. Namun akhirnya tak tertolong.
Berikutnya pernah ada kucing tertabrak kendaraan namun dapat tertolong, terakhir menemukan kucing dengan kondisi kaki membusuk.
"Kucing-kucing jalanan itu didominasi kucing piaraan yang dibuang pemiliknya karena sakit," katanya.
Tono memang geram dengan perilaku warga yang seenaknya sendiri membuang kucing seperti di Pasar dan tempat pembuangan sampah.
Menurutnya, kucing yang dibuang di Pasar jangan menyangka kucing sudah bisa hidup enak.
Sebaliknya kucing seperti hidup di neraka lantaran dari pagi hingga sore sulit mendapatkan makan maupun minum.
"Mau dapat makan dari mana ketika mereka mendekat ke manusia selalu ditendang, mau cari minum selokan sudah di beton sehingga kucing hanya tidur saja ketika siang hari sambil menahan lapar," tuturnya.
Dia pun ingin memberikan edukasi kepada warga khususnya warga Semarang agar jangan membuang hewan peliharaan ke jalanan.
"Lebih baik diserahkan kepada mereka yang mau adopsi. Selain itu saya juga tidak mungkin membawa seluruh kucing jalanan yang saya temui ke rumah.
Bisa ada 300-an kucing di rumah saya. Kucing yang saya bawa adalah kucing yang memang membutuhkan penanganan medis," jelasnya.
Tono juga berharap warga Semarang dapat memulai kesadaran mereka terhadap hewan liar yang dapat dimulai dengan rutin memberikan makan kepada hewan-hewan liar tersebut.
"Saat ini kepedulian seperti itu sudah ada namun belum banyak, semoga saja semaki banyak orang yang peduli terhadap hewan jalanan," terangnya. (Iwan Arifianto)
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Kisah Siulan Tono Mampu Kumpulkan Ratusan Kucing Pasar, Inilah Sosok Kesehariannya