TRIBUNNEWS.COM - Cuitan seorang warganet menjadi viral setelah mengungkap pengalaman saat dirinya mengikuti Ujian Nasional (UN) beberapa tahun silam.
Kala itu, dia menjadi peringkat pertama try-out Ujian Nasional se-Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.
Setelahnya, para guru mengumpulkan murid-murid yang pintar untuk dijadikan sumber contekan massal.
Nyontek massal ini dilakukukan sang guru, supaya nama baik sekolah tetap terjaga.
Mekanisme nyontek-massal ini juga dijelaskan dalam cuitannya.
Menurutnya, anak pintar yang terpilih diwajibkan memberi jawaban kepada teman-teman yang kurang pintar agar bisa lulus bersama.
Baca: Kemendikbud Alihkan Anggaran Ujian Nasional 2020 Untuk Penanganan Pandemi Corona
Bagi mereka yang memberi contekan, maka akan mendapat balasan berupa sanjungan dan bingkisan hadiah.
Namun, mereka yang tidak mau memberi contekan, maka akan mendapat sindiran pedas dari teman-temannya.
Menariknya, meski sang penulis menjadi pihak yang memberi contekan, ia mengaku tidak keberatan.
Bahkan, ia menganggap praktik 'nyontek massal' ini menjadi hal yang lumrah untuk dilakukan.
Cuitan tersebut dibagikan oleh sebuah akun Twitter pada Jumat (19/6/2020) lalu dan telah diretweet hingga 9 ribu kali dan disukai 29 ribu warganet di jagat maya.
Lantas bagaimana pengamat pendidikan memandang praktik 'nyontek massal' ini?
Pengamat pendidikan asal Surabaya, Moch Isa Anshori turut memberikan pandangannya.
Menurutnya, sekolah yang melakukan praktik nyontek massal ini, disebut gagal menerapkan pendidikan karakter pada siswanya.