Di sisi lain, Fannky menegaskan sudah sering mengimbau warga dan pengunjung pasar agar tidak berada di sekitar benteng takeshi lantaran berbahaya.
“Biasanya yang sering ada di dekat sini tukang ojek dan pedagang sayur. Saat kejadian tidak ada orang yang berada di dekat dinding ini,” imbuhnya.
Polisi bersama tim dari Basarnas beserta warga setempat langsung melakukan evakuasi sopir dan penumpang yang masih ada di dalam bus.
“Kami agak mengalami kesulitan untuk mengevakuasi karena (sopir) terjepit di antara besi-besi di kepala bus.
Sopir tidak terselamatkan dan meninggal di tempat,” ungkap Fannky.
Identitas mendiang sopir masih belum diketahui.
Jasadnya langsung dibawa ke rumah sakit untuk keperluan pemulasaraan.
Seorang warga yang ikut menolong proses evakuasi mengatakan bahwa sejumlah penumpang mengalami luka.
Tubuh mereka bertumpukan di bagian depan bus.
“Rumah saya berada di dekat lokasi. Setelah mendengar benturan keras, saya langsung keluar dan melihat bus nabrak pengaman takeshi."
"Saya berlari dan masuk ke bus itu melalui pintu belakang. Semua penumpang terlihat menumpuk di depan."
"Kemungkinan semua terdorong karena bus langsung menabrak dinding,” ujar Helmy Nur Matyas (54), warga Kampung Campursari yang tempat tinggalnya berjarak beberapa rumah dari benteng takeshi.
AKBP Fannky menambahkan penumpang yang mengalami luka dirawat di Rumah Sakit PKU Wonosobo.
'Benteng Takeshi' merupakan sebutan untuk puluhan ban bekas yang saling terikat ditumpuk berdiri menghadap Jalan Raya Temanggung-Wonosobo.