Namun baru berjalan setahun, suaminya tak sanggup meneruskan karena merasa tak diperlakukan secara manusiawi.
Suaminya bahkan harus beberapa kali dipindah satu kapal ke kapal lainnya.
"Saya masih ingat, awalnya, suami bekerja di Kapal Fu Yuan Yu 060, kemudian dipindah bekerja ke Kapal Hanrong 361. Kalau tidak salah sampai tiga kapal," kata Ingrid.
Ingrid mengatakan, menjadi ABK, baru pertama kali dijalani suaminya.
Sebelumnya, sang suami bekerja di sebuah pabrik di Tegal. Karena desakan ekonomi, suaminya harus menjadi ABK setelah mendapat informasi lowongan kerja di media sosial.
Menurut Ingrid, sebelumnya, ia sempat mendapat kabar suaminya pindah ke kapal lain pada Februari 2020.
Informasi kepindahannya, ia terima dari salah satu rekan sesama ABK dari agensi yang sama meski berbeda kapal.
"Dapat kabar suami saya dipindah kapal informasi dari sesama ABK tidak satu kapal namun satu grup agensi," kata Ingrid.
Ingrid mengaku semakin khawatir tatkala ia mendapat kabar ada ABK yang meninggal karena sakit dan dilarung ke laut.
"Yang kemarin ramai diberitakan ada ABK yang dilarung itu masih satu grup agensi dengan suami saya," ujar Ingrid.
Ingrid mengaku ia akhirnya berinisiatif mengirim surat terbuka untuk Presiden Joko Widodo. Berharap Presiden bisa memberikan uluran tangan untuk bisa menemukan suaminya.
"Saya berharap Pak Jokowi melalui bawahannya bisa mencari dan memulangkan suami saya dan kawan-kawannya sesama ABK," kata Ingrid.
Perwakilan PT Puncak Jaya Samudra Pemalang, Herman saat dikonfirmasi membenarkan pihaknya yang memberangkatkan Samfarid Fauzi.
Saat ini, pihaknya masih terus berkomunikasi lewat jejaring untuk mencari keberadaan ABK-nya.