“Kalau enggak salah, waktu itu jam setengah empat saya pulang ke rumah. Setelah shalat subuh saya mau kembali ke rumah sakit, tapi istri saya telepon sambil nangis-nangis,” tutur BK.
Di telepon, istrinya mengaku telah melahirkan tanpa bantuan tenaga medis.
Padahal, istrinya berada di ruang perawatan.
Menurut BK, bayinya lahir pada pukul 04.30 WIB.
Namun pada pukul 05.00 WIB, anak keduanya berjenis kelamin perempuan itu meninggal.
“Bayi keluar itu jam setengah lima, tanpa bantuan persalinan. Waktu bayi keluar itu tidak ada bidan atau perawat, hanya ada ibu (mertua) saya dan ibu saya yang nangani sendiri, akhirnya,” ungkap BK.
Tidak direspon petugas
Situasi dramatis persalinan DR yang berlangsung tanpa bantuan tenaga medis, dibenarkan oleh AL (63), mertua BK.
AL menunggui DR, putri ketiganya, sejak masuk ke ruang perawatan pasien bersalin, menjelang kelahiran cucunya, bahkan saat cucunya lahir.
Nenek dari sembilan cucu ini menuturkan, saat menantunya pulang, DR menunjukkan tanda-tanda melahirkan.
AL menghubungi petugas yang berada di ruangan lain tak jauh dari kamar perawatan anaknya.
Namun, petugas yang berada di ruangan jaga tak memberikan respons cepat.
“Jawabannya iya, iya, tapi tidak ada yang datang memeriksa. Padahal anak saya sudah kesakitan,” tutur dia.
AL mengungkapkan, upayanya meminta bantuan petugas rumah sakit dilakukan dengan cara mendatangi ruangan petugas maupun melalui sambungan telepon ruangan.