Menurut Simon, pakaian adat yang digunakan oleh tokoh-tokoh adat di Sabu, biasanya benang dipintal dan ditenun. "Kita harus mendukung Presiden dalam memperkenalkan hasil kain tenun daerah kepada orang luar. Kita sebagai masyarakat NTT harus mendukung pemerintah maupun kelompok penenun untuk perkenalkan hasil tenun daerah ke orang luar," katanya.
Simon menuturkan, ada bermacam-macam pakaian adat sabu, seperti pakaian adat yang dipakai untuk acara suka cita, duka cita serta acara penting lainnya. "Namun ada selimut khusus yang dirancang untuk dipakai di kepala itu wajar saja dipakai dalam acara sukacita maupun dukacita," jelasnya.
Ia menjelaskan, pemakaian adat Sabu yang benar teridri baju putih, selimut besar dipakai sebagai pengganti celana (tanpa celana panjang).
"Biasanya diberikan kesempatan kepada tamu untuk pakai selimut dari luar celana. Namun di acara adat yang benar itu tidak boleh gunakan alas celana panjang, hanya selimut saja yang digunakan," tandasnya.
Pemilik Sanggar Wuri Wini Hawu Hendrik Bunga mengatakan, pakaian adat Sabu yang dikenakan Presiden Jokowi adalah pakaian Raja Mone Ama dengan motif mawar peloro.
"Motif mawar artinya bunga yang cantik dan berkembang serta harum. Motif di selendang, penataan motif bunga dengan tangkai yang tersambung-sambung melambangkan pemimpin yang harus bekerja terus dan tidak pernah putus-putus," jelas Hendrik.
Baca: Wakil Ketua MPR RI: Sidang Tahunan Digelar dengan Memperhatikan Protokoler Kesehatan
Menurutnya, motif mawar berarti jujur dan adil. Sedangkan peloro berarti lurus terus berjalan. "Pemimpin bangsa harus bertanggung jawab kepada negara, jangan ada pemimpin yang buat menyimpang. Peloro artinya lurus terus berjalan," ujarnya.
"Pemimpin harus bekerja terus tidak ada siang dan malam. Dasarnya kesejahteraan rakyat untuk mewangikan Indonesia," tambah Hendrik.
Sarung, selendang, topi hingga aksesoris ikat kepala, ikat pinggang dan kalung yang semuanya didominasi warna dasar hitam dan emas, memiliki makna masing-masing.
Sarung yang dipakai Jokowi disebut dengan Hi'gi Worapi yang biasanya terdiri dari tiga warna, yaitu hitam, putih atau kuning dan merah. Sementara itu baju berwarna emas bermotif bunga yang dipakai Jokowi biasa digunakan untuk penyambutan para kepala adat atau tokoh besar.
Aksesoris kalung, dalam bahasa Sabut disebut Wonahi'da dan atau Rate Mela. Ini menandakan bahwa setiap insan memiliki harga diri dan patut dihargai dan dihormati.
Adapun ikat pinggang emas menandakan setiap insan harus memiliki hati yang bersih. Kemudian motif bunga yang saling bertautan bermakna saling bantu membantu.
Baca: Pantas Ngaku Tak Kenal, Momen Tak Saling Sapa Nagita Slavina & Ayu Ting Ting Jadi Bukti Tak Akur
Sedangkan ikat kepala atau topi, disebut Kewahu Kattu, merupakan lambang kejayaan terlihat dari bagian runcing di bagian atas topi.
Sementara itu, anggota DPD RI asal NTT, dr Asyera RAWundalero mengaku bangga melihat secara langsung Presiden Jokowi mengenakan pakaian adat Sabu Raijua motif bunga Ros.