TRIBUNNEWS.COM - Baru-baru ini, media sosial kembali dihebohkan dengan unggahan yang membahas perilaku meresahkan terkait fetish.
Setelah kasus fetish kain jarik menggemparkan publik, kali ini, seorang warganet di Twitter mengunggah utas dengan judul 'Fetish Kaki Berkaus Kaki'.
Dalam unggahannya, wanita berinisial D (23) itu menceritakan bahwa ada seorang temannya yang berulang kali memaksa ia mengirimkan foto kakinya mengenakan kaus kaki.
Kejadian tersebut bermula pada Juli 2018.
D mengaku merasa aneh dan tidak nyaman ketika seorang temannya terus memaksa dirinya mengirimkan foto mengenakan kaus kaki.
Bahkan, D menceritakan, pelaku juga mengarahkan D dalam mengambil fotonya.
Baca: Viral Curhat Kakak yang Kesal Bantu Adik Belajar karena Sering Mengeluh, Begini Pengakuan Lengkapnya
Hal itupun tampak dalam bukti percakapan yang diunggah D di Twitternya beberapa hari yang lalu.
"Fotonya seperti ini," tulis pelaku sambil menunjukkan foto kaki berkaus kaki pada D.
"Nanti," balas D.
"Kalau yang telapak ini, kaki kiri, kiri aja ditaruh paha kanan, pas telapak aja fotonya, enak kan? Beneran loh, awas kamu kalau beda warna lagi," kata pelaku.
"Yongs," balas D singkat.
"Aku tunggu," ujar pelaku.
D kemudian terlihat tak kunjung memberikan foto yang diminta pelaku.
Pelaku pun lantas menagihnya.
"Mana fotonya? Bohong lagi kan? Oalah. Janjinya kalau sudah sampai hotel difoto loh. Jangan alasan besok aja kalau dipakai. Fotokan sebentar terus sudah, selesai," paksa pelaku.
Diketahui, D akhirnya berhasil menghindar dari kejaran pelaku yang terus memaksanya mengirimkan foto memakai kaus kaki.
Namun, kejadian tersebut kembali terulang pada 23 Agustus 2020 lalu.
Menurut D, kali ini pelaku menghubungi adiknya dengan alasan ingin menyelamatkan D dari guna-guna.
Pelaku meminta supaya adik D memberikan kaus kaki bekas milik D serta ibunya.
Hal itupun langsung membuat D merasa semakin terusik hingga akhirnya ia membagikan cerita yang ia alami di Twitter pribadinya.
Kisah yang D bagikan tersebut kemudian viral di media sosial.
Sejumlah warganet turut membagikan pengalaman yang sama seperti yang dialami D.
Mereka pun menduga perilaku teman D tersebut merupakan fetish.
Menurut penelusuran Tribunnews.com pada Selasa (1/9/2020), unggahan viral tersebut sudah dihapus oleh D.
Konfirmasi Tribunnews.com
Saat dikonfirmasi Tribunnews.com, D membenarkan cerita yang sempat ia bagikan di akun Twitternya.
D mengatakan, pelaku (25) merupakan teman akrabnya di Jogja.
Menurut D, kejadian itu bermula ketika dirinya mengunggah foto di status WhatsApp-nya pada 23 Juli 2018 lalu.
Saat itu, D memang tengah mengenakan sepatu basket dengan kaus kaki yang terlihat.
"Pelaku reply story WhatsApp saya, bilang 'kaos kakinya bagus de', tapi pakai bahasa Jawa, terus dia nyuruh aku fotoin kaus kakinya itu."
"Aku kirim gambar katalog kaus kaki itu, tapi dia minta yang real," bebernya pada Tribunnews.com, Senin siang.
Baca: Kisah Hidup Devi Nuraisyah Sopir Truk Cantik yang Viral, Pernah Kerja Kantoran, Kini Jadi YouTuber
D menambahkan, saat itu ia tidak langsung memberikan foto yang diminta pelaku.
"Saya sendiri nggak suka ribet gitu. Pas aku bales chat si pelaku kan posisi kaus kaki udah aku lepas, udah ganti kostum juga, saya males kalau disuruh foto kaus kaki yang saya pakai buat basket," jelasnya.
Menurut D, pelaku terus memaksa supaya dirinya mengirimkan foto kakinya ketika mengenakan kaus kaki.
Terlebih, ketika pelaku mulai menyadari D kerapkali berganti kaus kaki.
D mengatakan, paksaan tersebut terus berlanjut hingga 8 Agustus 2018.
Ia mengaku sempat mengirimkan foto mengenakan kaus kaki dan sepatu basket pada pelaku.
Namun, sang pelaku meminta D melepas sepatunya tersebut dan mengirimnya kembali.
Hal itupun mulai menimbulkan kecurigaan dalam benak D.
"Dia mintanya tanpa sepatu. Saya nggak mau, udah ada kecurigaan, dan pas saya nanya buat apa jawabnya buat koleksi doang," beber D.
D mengatakan, pelaku sempat berhenti tidak menghubunginya setelah ia menjawab setiap pesan pelaku dengan ketus.
"Jadi waktu itu emang selang lama nggak kontakan, kita lalu kontakan lagi cuman udah nggak bahas kaus kaki."
"Aku pikir dia udah nggak kayak gitu, makanya aku tanggapi dia dengan baik," ungkap D.
Namun, D menambahkan, tanpa sepengetahuannya, pelaku tiba-tiba menghubungi adiknya dan mengatakan bahwa D terkena guna-guna.
"Tiba-tiba dia bilang kalau saya kena guna-guna, 'sebeh', orang Jogja pasti tau lah 'sebeh' itu apa," ujarnya.
Menurut D, pelaku kemudian meminta adik D untuk memberikan kaus kaki bekas milik D dan ibunya yang belum dicuci untuk menghilangkan guna-guna tersebut.
Selain itu, pelaku juga meminta adik D memberikan tanah di halaman rumah D.
D menuturkan, pelaku berpesan pada adiknya supaya tidak menyampaikan hal ini padanya maupun ibunya.
Baca: Fakta Kasus Fetish Kain Jarik: Pelaku Terancam 6 Tahun Penjara Hingga Sudah Ada 25 Korban
Menurut D, tindakan pelaku tersebut langsung membuat emosinya memuncak dan membuatnya memberanikan diri untuk bicara mengenai kejadian ini.
D mengaku tak ingin kejadian semacam ini terulang pada orang lain.
Apalagi, D mengatakan, ia mulai mendapat kabar bahwa sejumlah temannya mendapat perlakuan yang sama dari pelaku.
"Saya nggak pengen sexual harassment terjadi sama perempuan-perempuan sekarang, terutama teman-teman saya."
"Soalnya kalau itu nggak di-follow up, itu akan dianggap sepele dan berpotensi terjadi lagi kapanpun, dimanapun," ungkap D.
Menurut D, setelah ia mengungkap kejadian yang ia alami tersebut, pelaku meminta maaf padanya.
Namun, D menegaskan, tindakan pelaku tidak mungkin dapat termaafkan sepenuhnya apabila pelaku belum jera.
"Selama dia belum jera, saya belum bisa memaafkan seutuhnya," ucap D.
Sementara itu, D mengaku memilih menghapus unggahannya karena merasa tak enak lantaran sang ibu memiliki hubungan kerja dengan ibu pelaku.
Tanggapan Psikolog
Psikolog Klinis dari Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, Citra Hanwaring Puri SPsi Psikolog mengatakan, pelaku dalam kasus ini diduga mengalami fetish disorder.
Namun, Citra menjelaskan, seseorang dapat dipastikan mengalami fetish disorder apabila orang tersebut telah berulang kali berfantasi seksual dengan benda-benda mati selama minimal 6 bulan.
"Iya, diduga fetish, tapi saya tidak tahu ya ini sudah berlangsung berapa lama, dan dia udah berapa banyak yang dipaksa atau diminta kirimkan itu."
"Kalau fetish disorder atau kelainan ini pastinya berlangsung minimal 6 bulan dan itu dia sering melakukannya atau bahkan memaksa mengirimkan objek (seksual) pelaku," jelas Citra.
Menurut Citra, kejadian ini sama halnya dengan kasus fetish kain jarik yang sempat viral beberapa waktu lalu.
"Jadi memang fetish ini kelainan dimana seseorang itu memiliki fantasi atau dorongan seksual terhadap benda mati atau non genital," ungkapnya.
Citra menyebutkan, orang yang mengalami fetish biasanya akan merasa terangsang secara seksual ketika melihat benda-benda mati seperti pakaian dalam, sepatu hak tinggi, kain berenda, hingga kaus kaki.
"Jadi memang ini, benda-benda mati ini yang menjadi objek rangsangan seksualnya dia."
"Kalau melihat benda-benda ini, membuat dia terangsang secara seksual," kata Citra.
(Tribunnews.com/Widyadewi Metta)