Sehari-hari, Hamzah tinggal di sebuah bivak sederhana.
Ari menyebutkan, sebenarnya Hamzah telah menjalani kehidupannya dengan bertapa sejak tahun 2000.
"Yang pertama dia di Sadepok terus karena Sadepok mulai ramai, dia pindah ke Trogati," kata Ari.
Sementara itu, menurut Ari, hingga saat ini, keluarga Hamzah masih berada di Kalidawir.
Lebih lanjut, Ari pun menggambarkan sosok Hamzah yang ia temui beberapa waktu lalu.
"Dia sosok yang sederhana, bersahaja, ramah, lembut hati," ungkapnya.
"Dia udah selesai dengan urusan pribadinya kelihatannya, karena memang beliau sudah menjalani hidup seperti itu, bertapa, sejak tahun 2000-an. Jadi dia bertapa tidak 2,5 tahun tapi sejak tahun 2000," sambung Ari.
Baca: VIRAL Kisah Pria Tinggal di Puncak Gunung Wilis, Tidak Makan Nasi dan Daging
Selain itu, Ari menceritakan, ia juga dibuat tersentuh oleh kedermawanan Hamzah.
Menurutnya, dalam kondisi yang sangat terbatas, Hamzah memiliki keinginan tinggi untuk tetap berbagi dengan orang yang ia temui.
"Padahal beliau itu nggak punya apa-apa di puncak, kasarannya begitu, tapi sifat dermawannya itu muncul," bebernya.
Ari menceritakan, Hamzah sempat memberikan ramuan gunung yang dipercaya mampu mengobati penyakit asma yang diderita seorang temannya.
Selain itu, Hamzah juga mengenalkan berbagai tumbuhan lainnya di puncak yang bermanfaat menjadi obat.
"Mas Fajri dari Sulawesi, anggota kita, itu punya penyakit asma, sesak napas, lalu oleh Pak Hamzah beliau diberi akar angin."
"Itu semacam lumut yang tumbuh di puncak gunung, yang konon bermanfaat untuk mengatasi itu," jelas Ari.