TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Tujuh nelayan dan dua aktivis dikabarkan ditangkap Polair Polda Sulsel, Sabtu (12/9/2020) pagi.
Direktur Walhi Sulsel Muhammad Al Amien yang dikonfirmasi, membenarkan adanya penangkapan itu.
Namun ia mengaku belum mengetahui jumlah pasti nelayan atau aktivis yang ditangkap.
"Belum tahu persis berapa yang ditangkap. Cuma untuk sementara tujuh orang menurut informasi di pulau," kata Al Amien.
Ternyata tidak hanya nelayan, personel Polair Polda Sulsel juga dikabarkan menangkap sejumlah aktivis dalam aksi penolakan aktivitas tambang pasir oleh kapal PT Royal Boskalis.
Informasi yang diperoleh dari Koordinator Bidang Hak atas Lingkungan Hidup, Edy Kurniawan Wahid, total ada 11 orang yang ditangkap dalam aksi tersebut.
Kronologisnya, menurut Edy Kurniawan Wahid, bermula saat kapal PT Royal Boskalis kembali melakukan aktivitas tambang pasir di sekitar lokasi tangkap nelayan pada pukul 06.00 Wita.
Melihat aktivitas tambang pasir itu, masyarakat dan nelayan Pulau Kodingareng pun bereaksi.
Pukul 07.30 Wita warga Pulau Kodingareng bersiap-siap melakukan aksi pengadangan untuk mengusir kapal boskalis.
Ada 45 lepa-lepa (perahu kecil) dan tiga jolloro yang dikerahkan dari Pulau Kodingareng untuk menghalau aktivitas tambang pasir tersebut.
Baca: Lagi, 7 Nelayan Kodingareng Dikabarkan Ditangkap Polair Polda Sulsel
Tiba di lokasi tambang pasir pukul 08.33 Wita, aksi pengadangan berlangsung sampai pukul 08.50 Wita.
Hasilnya, kapal PT Royal Boskalis pun meninggalkan lokasi penambangan pasir dan diikuti para massa aksi.
Pukul 09.53 Wita, massa aksi berada dekat dari pulau tiba-tiba didatangu sekoci Polairud.
"Sekoci Polairud itu datang dan langsung melakukan pengadangan serta merusak jolloro milik nelayan dan menangkap 7 massa aksi," tulis Edy Kurniawan Wahid dalam keterangan tertulisnya.