News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Rugi di Ongkos Karena Harga Anjlok, Petani di Majalengka Biarkan Sayuran Mereka Membusuk

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto

TRIBUNNEWS.COM, MAJALENGKA -- Berhektar-hektar sayuran di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat dibiarkan membusuk oleh para pemiliknya.

Para petani beralasan harga sayuran terjun bebas bikin merugi.

Mereka dilanda kebingungan lantaran anjloknya harga jual sejumlah tanaman di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang ini.

Jika dipaksakan dijual, petani-petani tersebut bahkan harus nombok untuk menutupi biaya produksi yang selama ini sudah dikeluarkan.

Salah satu petani yang merasakan hal tersebut adalah Tatang Tarsono (53), warga Blok Banjar, Desa Argalingga, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka.

Baca: Bali, Jakarta dan Kaltim, Tiga Provinsi dengan Laju Kematian Tertinggi akibat Covid-19

ia mengaku, daripada harus nombok menjual berbagai tanaman yang ia tanam, ia terpaksa membiarkan tanaman sawi putih dan kubis membusuk di kebunnya sembari menunggu harga jual tanaman tersebut kembali normal.

Di Desa Argalingga terdapat 20 hektare kebun yang ditanami berbagai macam sayuran yang harganya anjlok.

"Kami terpaksa melakukan hal itu (membiarkan tanaman membusuk) karena harganya ketika dijual murah. Sedangkan, jika dipanen, akan rugi untuk ongkos panen. Daripada dipanen, mending dibiarkan," ujar Tatang saat ditemui di kebunnya, Kamis (17/9/2020).

Baca: Hotel Singgah Pasien OTG Covid-19 di Kabupaten Tangerang Bisa Tampung Satu Keluarga di Satu Kamar

Tatang menyebut, untuk harga jual tanaman sawi putih ini hanya Rp 600 sampai Rp 700 per kilogramnya.

Sedangkan, untuk kubis berkisar Rp 300 dan tomat hanya Rp 700.

"Harga-harga itu bagi kami tidak bisa menutupi biaya produksi dari awal tanam hingga panen. Untuk keseluruhan tanaman itu jika harga normal, berkisar di harga Rp 2 ribu hingga Rp 3 ribu. Kalau dipanen, kami malah rugi bahkan nombok," ucapnya.

Dijelaskan Tatang, anjloknya harga jual sejumlah tanaman dari petani ke para pedagang di pasar, diyakini karena turunnya permintaan pembeli.

Pasalnya, di tengah pandemi Covid-19 saat ini, pengunjung di pasar otomatis berkurang yang mana menyebabkan para pedagang di pasar menurunkan pasokan bahan jualnya kepada para petani.

Baca: Cegah Munculnya Klaster Pilkada, KPU Diminta Simulasi di Zona Merah Covid-19

"Dampak dari pandemi, dari wabah ini begitu terasa oleh para petani. Soalnya permintaan dari pasar-pasar besar juga biasanya banyak yang minta full, sekarang mah setengahnya," jelas dia.

Petani lainnya, Idad (43) mengaku dirinya terpaksa membiarkan tanaman tomat yang selama ini ia tanam membusuk di kebun lantaran harga jualnya yang anjlok.

Ia pun harus merugi hingga jutaan rupiah jika tetap menjual ribuan tomat ke para pengepul di pasar.

"Kalau dijual rugi, kalau tidak dijual rugi juga. Tapi mending dibiarkan untuk nantinya dijadikan pupuk daripada dijual tapi nombok. Biasanya kalau harga normal untung hingga Rp 9 juta untuk menjual tomat sebanyak 3 ton," ujar Idad yang memiliki kebun tomat seluas 4000 meter per segi.

Ia hanya berharap, harga jual tanaman dari petani bisa kembali pulih sehingga, bisa menutupi biaya produksi yang selama ini mereka keluarkan. (Eki Yulianto)

Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Petani Majalengka Biarkan Sayuran Membusuk di Kebun daripada Dijual Tapi Nombok

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini