Masih menurut Solikin, sehari sebelumnya juga terjadi pemadaman karena layang-layang turun di kabel listrik.
Namun, saat itu ukurannya lebih kecil dan proses evakuasi berjalan cepat.
Baca: 15 ODGJ Korban Pemasungan Ulang di Tulungagung Dikirim ke RSJ Menur Surabaya
“Kalau kemarin sepertinya listrik sengaja dipadamkan oleh PLN, untuk menurunkan layang-layang yang nyangkut,” ujarnya.
Menurut Petugas Layanan Teknis PLN ULP Tulungagung, Adi Prayitno, sudah lebih dari 10 kali terjadi ledakan karena layang-layang.
Bahkan kasus di Desa Junjung, Kecamatan Boyolangu, terjadi pemadaan hingga pagi hari.
Hal ini karena petugas butuh waktu untuk penelusuran hingga penggantian alat.
“Kalau tidak ada laporan kami harus menelusuri sepanjang jalur untuk menemukan penyebab listrik padam,” ungkap Adi.
Lanjut Adi, PLN sudah melakukan sosialisasi lewat kepala desa, agar para penghobi layangan ini tidak membahayakan jaringan listrik.
Selain itu, PLN juga sudah membagikan selebaran hingga ke desa-desa.
Namun hingga kini layang-layang tetap mendominasi sebagai penyebab padamnya listrik di wilayah Tulungagung.
“Ada penyebab lain seperti binatang. Tapi jumlahnya tidak sebanyak karena layang-layang,” tambah Adi.
Masih menurut Adi, para pelanggan dirugikan karena pemadaman ini.
Selain itu, PLN juga rugi karena setiap kali terjadi ledakan, pasti ada alat yang rusak.
Jika alat yang rusak adalah travo, maka PLN harus mengganti travo baru dengan harga sekurangnya Rp 100 juta.