Seperti dilansir dari Serambinews (Tribunmedan.com grup), berapa hari setelah merayakan ultahnya yang ke-10, korban D datang ke rumahnya di Medan Selayang dengan maksud membawa Rangga ke Aceh.
Seperti sudah firasat, saat itu Fadli Fajar mengaku berat melepas kepergian putra pertamanya itu.
"Tapi karena almarhum terus merengek dan bersikeras ikut, akhirnya saya mengizinkannya," imbuhnya.
Ia pun mengaku sempat kaget dan tak percaya mendengar kabar anaknya itu telah meninggal dunia.
"Saya hampir tak percaya mendengar kabar R meninggal. Dia meninggal terkena sabetan parang pelaku karena berusaha membantu ibunya di rumah itu," ujar Fadli Fajar.
Ia pun menceritakan detik-detik saat anaknya melindungi sang ibu hingga akhirnya sakaratul maut di tangan Samsul.
"Saya dapat kabar bahwa sebelum meningal, anak saya sempat disuruh lari sama ibunya. Tapi dia tidak mau lari, dia lawan pelaku.
Setelah terkena parang, ia sempat berucap sakit. Lalu ia langsung terdiam, mungkin saat itu anak saya ini sakratul maut," imbuhnya lagi.
Fadli kemudian menceritakan sosok sang anak yang dikenalnya periang dan cerdas.
Tidak hanya itu, R juga dikenal bocah yang pandai mengaji meskipun usianya masih belia.
"Almarhum memang beda dengan anak seusianya. Ia anak cerdas, periang, keras berpendirian, dan selalu mendapat rangking di kelas. Bahkan sekarang Ia sudah mampu membaca Alquran," kenang ayahnya menangis sedih.
Kini, Fadli Fajar telah mengikhlaskan kepergian anak kesayangannya itu.
"Allah SWT lebih sayang kepadanya, sehingga memanggilnya duluan dari pada kami. ‘Selamat jalan nak, kami akan selalu merindukanmu nak’," ucap ayahnya kembali menangis.
Diakhir perbincangan, Fadli Fajar berharap penegak hukum memberikan ganjaran seberat-beratnya kepada pelaku, supaya tidak ada lagi Rangga Rangga lain yang menjadi korban.