News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kisah Tegang Pengamat saat Gunung Merapi 'Ngamuk': Ada yang Sempat Memotret sebelum Melompat Kabur

Editor: Miftah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Setya Krisna Smargo-Yulianto (celana loreng), Sapari dan Suratno saat berada di puncak Merapi 26 Oktober 2011 bersama tim Tribun Jogja

TRIBUNNEWS.COM- Gunung Merapi menyimpan banyak cerita bagi masyarakat, pengunjung maupun para penjaga pos pengamatannya.

Seorang penjaga bernama Yulianto, bercerita kisahnya 10 tahun lalu, saat Merapi mengamuk.

Ia sempat tiga kali memotret saat lava pijar mulai muncrat, sebelum akhirnya ia melompat kabur.

Cerita lain dari penjaga bernama Triyono.

Sepekan sebelum meletus dahsyat, Triyono bertugas di puncak Merapi dan merasakan getaran serta dentuman dari dalam perut gunung kerap terdengar.

Sementara itu, penjaga bernama Ahmad Sopari sempat tegang saat gulungan awan panas berbelok ke arah pos pengamatannya.

Mereka kerap terlupakan di tengah krisis maupun situasi normal. Para penjaga pos pengamatan Gunung Merapi. Jauh dari permukiman penduduk, bekerja dalam sunyi, dan di garis terdepan saat gunung itu menggelegak Oktober-November 2010. Inilah suka duka mereka.

Yulianto Keder Melihat Puncak Merah Bertabur Pijar Api

Malam itu, 29 Oktober 2010, komplek PGM Babadan bergetar. Kaca jendela, kaca pintu, bahkan dinding dan lantai seperti berderak-derak.

Dusun Trayem, perkampungan terdekat dari pos Babadan, Krinjing, sudah melompong. Semua penduduknya mengungsi ke arah  Sewukan, Talun, Dukun, hingga Muntilan dan sekitarnya.

Itu hari ketiga Merapi mengamuk.  Yulianto, petugas pengamatan PGM Babadan ada di kantornya. Ia sekilas melihat nyala api di puncak.

Baca juga: BPPTKG Sebut Gunung Merapi akan Erupsi dalam Waktu Dekat

Baca juga: Gempa dan Turunkan Guguran Lava Makin Sering Terjadi Gunung Sinabung Kabupaten Karo

Baca juga: Sebelum Naik Gunung, Ini 5 Hal yang Wajib Diperhatikan saat Mendaki di Musim Hujan

Di kegelapan malam, ia membidikkan kamera. Tiba-tiba bongkahan hitam sangat besar terangkat seperti didorong kolom api dari bawah. Melambung vertikal sekitar 50 meter, lalu terjatuh lagi.

Lava pijar muncrat, menyelimuti puncak Merapi di segala arah diikuti gulungan awan panas. Langit di atas gunung terang benderang.

Pantulannya menyebar sangat cepat, membuat nyala merah tampak jelas di kaca-kaca pos.  Cekrek! Cekrek! Cekrek! Yulianto masih ingat ia tiga kali menembakkan tombol rana, sebelum melompat kabur meninggalkan pos.

Setya Krisna Smargo-Yulianto (celana loreng), Sapari dan Suratno saat berada di puncak Merapi 26 Oktober 2011 bersama tim Tribun Jogja
Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini