News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Momen Libur Panjang Dinilai Jadi Satu Faktor Ledakan Kasus Covid-19 di Solo

Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Whiesa Daniswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi - Momen libur panjang akhir Oktober hingga awal November 2020 lalu dinilai sebagai satu faktor penyebab terjadinya ledakan tambahan kasus Covid-19 di Kota Solo, Jawa Tengah.

TRIBUNNEWS.COM - Momen libur panjang akhir Oktober hingga awal November 2020 lalu dinilai sebagai satu faktor penyebab terjadinya ledakan tambahan kasus Covid-19 di Kota Solo, Jawa Tengah.

Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Solo Siti Wahyuningsih.

"September agak turun, ini habis libur panjang kembali meledak," ungkapnya saat menjadi narasumber program Ngaso TribunSolo.com, Rabu (18/11/2020).

Menurutnya orang yang terpapar Covid-19 baru akan terlihat gejalanya setidaknya setelah satu minggu.

"Libur panjang berakhir 1 November, ingat, gejala timbul itu tidak langsung seketika."

"Kemungkinan satu minggu, dan benar ternyata," ungkap dia.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Solo, Siti Wahyuningsih, saat menjadi narasumber program Ngaso TribunSolo.com, Rabu (18/11/2020). (YouTube/TribunSolo.com)

Baca juga: Tambahan Kasus Covid-19 Pecah Rekor, Libur Panjang Disebut Jadi Salah Satu Faktor

Baca juga: Soal Vaksinasi Covid-19, Jokowi: Keselamatan Masyarakat Adalah Prioritas Tertinggi

Diketahui konfirmasi positif Covid-19 Kota Solo melonjak pada Minggu (15/11/2020) lalu.

Setidaknya ada 106 kasus tambahan dalam 24 jam.

Jumlah kasus Covid-19 di Solo saat ini disebut tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Pemerintah sebelumnya menetapkan tanggal 28 dan 30 Oktober 2020 sebagai cuti bersama dalam rangka libur memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW pada 29 Oktober 2020.

Sehingga, total libur panjang selama 5 hari, yaitu pada tanggal 28 Oktober hingga 1 November 2020.

Diketahui tidak sedikit masyarakat yang memanfaatkan momen tersebut untuk bepergian.

Baca juga: Hadapi Liburan Akhir Tahun, Ketua Komisi X DPR Minta Wishnutama Maksimalkan Desa Wisata

Baca juga: Mamah Dedeh dan Anaknya Positif Covid-19

Sementara itu hingga kini kasus Covid-19 di kampung halaman Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menembus 1.700 lebih kasus.

"Saya tidak membayangkan saat ini (kasus Covid-19 di Solo) sudah mencapai 1.700, tanggal 17 November 2020 kemarin 1.736," ungkapnya.

Perempuan yang menjabat Kepala Dinkes Solo sejak 2007 tersebut mengungkapkan pada empat bulan pertama kasus Covid-19 di Solo, kasus positif sangat rendah.

"Dari pertama kali ada kasus pada 12 Maret 2020 sampai 13 Juli 2020, kasus di Solo masih 45."

"Sekarang 1.736 dalam kurang dari lima bulan," ujarnya.

Baca juga: Cerita Jokowi Dilarang Gibran ke Solo Selama Masa Pilkada

Baca juga: Dinkes: 90% Lebih Kasus Covid-19 di Solo tanpa Gejala, Klaster Keluarga Mendominasi

Didominasi Kasus Tanpa Gejala

Lebih lanjut, Ningsih menyebut mayoritas kasus Covid-19 di Kota Bengawan didominasi kasus asimtomatik atau tanpa gejala.

"Kasus di Solo akhir-akhir ini 90 persen lebih asimtomatik, tidak bergejala dan dia (yang terpapar) tidak sadar," ungkapnya.

"Orang pikirannya sehat, terus nggak pakai masker, nggak jaga jarak, padahal ada kemungkinan dia positif," imbuhnya.

Baca juga: Angka Kesembuhan Covid-19 Membaik, Pemerintah Tekankan Pentingnya Jaga Imunitas Tubuh

Selain itu Ningsih juga mengungkapkan kasus Covid-19 di Solo didominasi oleh klaster keluarga.

"Kasus di Kota Solo sebagian besar kasus keluarga," ungkapnya.

"Ada satu kasus tanpa gejala, kemudian di-screening menghasilkan tambahan 13 orang, dan semuanya tanpa gejala," ungkap dia.

Pengembangan kasus juga dijumpai dari warga yang melakukan swab mandiri.

"Tidak bergejala kemudian di-screening ada delapan (positif)," ujarnya.

Baca juga: Mamah Dedeh Positif Covid-19, Ketua RW Ungkap Kondisinya Saat Ini

Ningsih menilai terjadinya klaster Covid-19 di keluarga dinilai karena longgarnya protokol kesehatan.

"Merasa di rumah, masker dilepas, tidak jaga jarak, tidak cuci tangan," ungkapnya.

"Di rumah mungkin protokol kesehatannya lepas, mungkin masyarakat berpersepsi protokol kesehatan hanya diterapkan saat di luar," imbuhnya.

Ningsih menyebut kesadaran masyarakat akan penegakan protokol kesehatan menjadi pekerjaan rumah (PR) bersama.

"Ini PR kita, kesadaran kita semuanya, ini ekonomi harus gerak tetapi kesehatan tidak bisa ditinggalkan, artinya harus patuh protokol kesehatan." ungkapnya.

"Perlu kesabaran semua pihak, kalau kita ingin pandemi ini segera berakhir," pungkasnya.

Senada dengan Ningsih, Ketua Pelaksana Harian Satgas Pencegahan Covid-19 Kota Solo, Ahyani mengatakan, klaster keluarga mendominasi dalam penambahan kasus tersebut.

"Hasil tracing ada 81 itu dari 34 indeks kasus berbuntut, kemudian ada suspek naik kelas sebanyak 19 dan swab mandiri ada 6," kata Ahyani, Minggu, dikutip dari TribunSolo.com.

Ahyani tidak menampik tambahan kasus hari ini merupakan yang terbanyak selama 8 bulan terakhir ini. 

Itu terhitung sejak penerapan status kejadian luar biasa (KLB) per 13 Maret 2020.

"Ini terbanyak selama 8 bulan terakhir, dua kali lipat. Kebanyakan OTG, yang paling dikhawatirkan suspek," ucap Ahyani. 

(Tribunnews.com/Gilang Putranto, Tribunsolo.com/Adi Surya Samodra)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini