Saat berbincang dengan Marzuki, Tribun-Medan.com mendengar suara tangisan anak usia belasan tahun terdengar memanggil-manggil 'ayah' sambil menangis.
Baca juga: Lindungi Bayinya, Pria Ini Luka-luka Tertimpa Dinding Rumah yang Roboh Akibat Gempa
Kata Marzuki, anak itu merupakan adalah putra semata wayang Igun.
Kata Marzuki, anak tersebut masih duduk di bangku kelas III SLTP di kecamatan mereka tinggal.
Pada usianya yang masih belia, anak tersebut kehilangan ayah sekaligus penafkah.
Kata Marzuki, Igun merupakan satu-satunya tulang punggung keluarga mereka.
"Dia harus kehilangan ayah sekaligus orang yang membiayai sekolahnya."
"Karena, ayahnya satu-satunya yang bekerja menghidupi keluarga ini dengan seadanya," terang Marzuki sambil menunjuk cucunya yang mengenakan baju koko hitam.
Baca juga: Sempat Selfie Bareng Teman-teman, Pesepeda Ini Ambruk dan Meninggal di Taman Bungkul Surabaya
Dikatakan Marzuki, putranya itu baru 4 bulan bekerja di pabrik es tersebut.
Sebelumnya Igun merantau ke Pulau Jawa.
Igun kemudian pulang kampung dan tinggal bersama orang tuanya.
"Padahal anaknya si Igun bentar lagi mau masuk SMA," terang Marzuki.
Terkait kasus kematian Igun di pabrik es belum ada keterangan resmi dari Kapolsek Medan Labuhan, Kompol Edi Safari.
Hingga petang, Kapolsek belum memberi keterangan resmi.
(Jun-tribun-medan.com)
Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Igun Korban Tewas di Pabrik Es Krim Ternyata Tulang Punggung Keluarga, Baru 4 Bulan Kerja