Tanpa peringatan
Raehan menyayangkan tindakan sekolah yang langsung mengeluarkan anaknya.
Seharusnya, sekolah memberi peringatan terlebih dulu.
Sehingga, anaknya memiliki kesempatan untuk berubah dan tak mengulangi perbuatannya.
Orangtua siswa lainnya, Anun (37), juga menyebut anaknya tak berhenti menangis setelah mendapat hukuman.
Menurutnya, anaknya merupakan korban dari ponsel pintar.
"Kenapa kesalahan anak saya ini, dia itu korban HP. Mestinya dinasihati dulu baru dikeluarkan. Apa tidak ada kebijakan lain?" kata Anun.
Salah satu anak yang dikeluarkan dari sekolah mengaku video TikTok itu dibuat bersama teman-temannya karena kesal nilai mereka turun setelah pembelajaran daring berlangsung.
Padahal, sebelumnya mereka juara kelas.
"Saya sedih, ingin sekolah di sana lagi. Kami menyesal, kami salah. Waktu itu kami kecewa dengan nilai yang tidak memuaskan, kami menyesal, kami salah," kata salah satu siswa yang dikeluarkan.
Penjelasan sekolah
Kepala SMPN 1 Suela, Kasri membantah mengeluarkan lima siswa yang membuat video TikTok menginjak rapor itu.
Menurutnya, pihaknya meminta siswa itu mencari sekolah lain.
"Kami tidak memecat, tetapi meminta mereka mencari sekolah lain, tidak di sekolah ini, karena tindakan mereka telah melanggar aturan sekolah. Melebihi skor pelanggaran 75 poin," kata Kasri saat dihubungi.
Kasri menegaskan, hal itu merupakan keputusan rapat dewan guru.
"Itu adalah aturan atau regulasi sekolah. Bukan aturan saya pribadi, tapi aturan yang disepakati bersama oleh semua pihak melalui dewan guru," kata Kasri.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""Anak Saya Menangis Tidak Mau Makan, Kaget Dia gara-gara TikTok Dikeluarkan dari Sekolah""