TRIBUNNEWS.COM - Seorang siswa SMP tewas bunuh diri diduga karena tak diberi ponsel.
Korban meninggalkan sepucuk surat di sakunya.
Dalam surat tersebut, ia meminta maaf pada teman-teman juga kedua orangtuanya.
Kasus bunuh diri yang dilakukan oleh seorang siswa SMP kelas VIII, KEB (14) mendapat perhatian Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng.
Rencananya pihaknya akan mendatangi tempat tinggal sementara anak tersebut di Yayasan Dana Punia di Lingkungan Banyuning Barat, Kelurahan Banyuning, Kecamatan Buleleng, Bali pada Selasa (29/12/2020).
Kepala Disdikpora Buleleng, Made Astika mengatakan, kedatangan pihaknya ke yayasan tersebut untuk mengetahui secara pasti latar belakang korban sehingga nekat melakukan aksi bunuh diri.
"Sampai saat ini permasalahannya kami belum tau pasti. Ada indikasi katanya bunuh diri karena tidak diberikan ponsel oleh orangtuanya," ucap Astika.
Baca juga: Kebakaran Ruko di Tangerang Tewaskan Ibu dan Balita, Saat Api Berkobar Tertidur Lelap
Baca juga: Sariyadi Tewas di Lokasi Setelah Motor yang Dikendarainya Menabrak Pohon di Pinggir Jalan
Baca juga: Setelah Bacok 2 Tetangga hingga Sebabkan 1 Korban Tewas, Seorang Oknum PNS Nekat Gantung Diri
Astika pun menyebut, sarana dan prasarana untuk melakukan proses pembelajaran secara daring yang ada di yayasan tersebut sejatinya sudah sangat memadai.
Sehingga Astika mengaku belum mengetahui pasti alasan korban meminta ponsel kepada orangtuanya, apakah akan digunakan untuk belajar, atau untuk kepentingan lain.
"Lembaga ini (Yayasan) kan sarana dan prasarananya sudah memadai betul untuk menunjang proses pembelajaran secara daring. Nanti akan kami jajagi lembaga tersebut, untuk mengetahui apa sih latar belakang anak ini sehingga nekat gantung diri," tutupnya.
Diberitakan sebelumnya, seorang pelajar yang masih duduk di bangku kelas VIII di salah satu SMP swasta di Buleleng, berinisial KEB (14) nekat bunuh diri.
Diduga pelajar asal Kintamani, Bangli ini bunuh diri akibat bertengkar dengan orangtuanya terkait masalah ponsel.
KEB bunuh diri di Lingkungan Banyuning Barat, Kelurahan Banyuning, Kecamatan Buleleng, pada Minggu (27/12/2020) sore.
Jenazahnya pertama kali ditemukan oleh dua orang temannya, yang saat itu sedang membuang sampah di sebelah utara gudang yang ada di panti asuhan tersebut.
Keduanya pun tiba-tiba dibuat terkejut saat mendapatkan korban sudah dalam keadaan tewas, dengan posisi tubuh tergantung, serta leher terjerat seutas tali nilon.
Kapolsek Kota Singaraja, Kompol I Made Santika dikonfirmasi Senin (28/12/2020) mengatakan, berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas medis Puskemas Buleleng III, korban murni meninggal dunia akibat bunuh diri, dengan ciri-ciri lidah menjulur, mata mendelik, serta terdapat bekas lika jeratan di bagian lehernya.
Di saku celana korban juga ditemukan sebuah surat, yang ditulis oleh korban sebelum melakukan aksi bunuh diri.
Dalam surat tersebut intinya korban meminta maaf kepada teman-temannya karena telah mengambil keputusan yang salah (bunuh diri,red).
Kemudian dalam surat itu, korban juga minta maaf kepada orangtuanya karena merasa tidak bisa membahagiakan kedua orangtuanya.
Di akhir surat, Budiarta menyisipkan tanda tangannya.
DISCLAIMER:
Berita atau artikel ini tidak bertujuan menginspirasi tindakan bunuh diri.
Pembaca yang merasa memerlukan layanan konsultasi masalah kejiwaan, terlebih pernah terbersit keinginan melakukan percobaan bunuh diri, jangan ragu bercerita, konsultasi atau memeriksakan diri ke psikiater di rumah sakit yang memiliki fasilitas layanan kesehatan jiwa.
Berbagai saluran telah tersedia bagi pembaca untuk menghindari tindakan bunuh diri.
(Tribun Bali/Ratu Ayu Astri Desiani)
Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Disdikpora Buleleng Bakal Datangi Yayasan Dana Punia, Buntut Kasus Bunuh Diri Siswa SMP