News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kisah Pilu Pembuat Terompet saat Pandemi, Laku 3 Buah padahal Biasanya 15.000 Buah Terjual

Editor: Ifa Nabila
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ruyanto dan terompet buatanya di rumahnya Kalurahan Karangrejek, Gunungkidul Rabu (30/12/2020)

TRIBUNNEWS.COM - Nasib nahas menimpa sejumlah industri di tengah pandemi.

Tak terkecuali pembuat terompet seperti Ruyanto.

Ia adalah warga Kalurahan Karangrejek, Kapanewon Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta.

Terdapat ratusan terompet setengah jadi dibuat dari sisa bahan tahun lalu.

Hanya empat terompet yang bisa dibunyikan, itu pun dibungkus plastik untuk menghindari kontak.

Tahun ini memang tak seperti sebelumnya. Biasanya, rumah berbentuk limasan itu dipenuhi terompet.

Pedagang lalu lalang di rumahnya untuk mengambil terompet buatan Ruyanto. Kini, penampakan itu hanya bisa dilihat dari video yang tersimpan di ponsel Ruyanto.

Baca juga: Pandemi Covid-19 Menghantui Dunia hingga Akhir 2020, WHO: Tampaknya Takdir Covid-19 Menjadi Endemik

Dalam beberapa bulan terakhir, Ruyanto baru menjual tiga terompet.

Jumlah yang sangat sedikit dibanding tahun lalu.

"Biasanya dua bulan sebelum Desember itu saya sudah membuat 10.000 sampai 15.000 terompet," kata Ruyanto saat ditemui di rumahnya, Rabu (30/12/2020).

Menurutnya, belasan ribu terompet itu dibeli para pedagang di seluruh Gunungkidul. "Tahun ini baru laku tiga terompet, itu pun ada anak yang kebetulan meminta dibeliin," ucap Ruyanto.

Di tengah hujan yang sangat deras, pria yang akrab disapa Yanto itu menunjukkan aktivitas pembuatan terompet di rumahnya tahun lalu.

Terlihat beberapa pekerja membuat terompet di dalam dan teras rumah.

Tahun ini, dari 12 pekerja yang membantunya, hanya tersisa enam orang yang bekerja membuat dan mengemas mainan anak.

Baca juga: Mobile JKN Kunci Kemudahan Layanan di Tengah Pandemi

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini