TRIBUNNEWS.COM, PONTIANAK - Paulus Yulius Kollo (24), asal Kupang, membatalkan tiket pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang nahas itu.
Ia bersama temannya, Indra Wibowo (21)asal Aceh Tenggara, memilih menggunakan transportasi kapal laut ke Pontianak lantaran mengikuti saran bosnya.
Maklum, saat setelah memiliki tiket pesawat, ia dan temannya diwajibkan mengikuti Swab PCR dan menunjukkan hasilnya negatif, sebagai syarat keberangkatan.
Biaya Swab PCR lumayan mahal. Untuk mengetahui hasilnya secara instan, yakni enam jam, harganya Rp 2,6 juta.
Atas saran bosnya, Paulus cek tiket kapal laut. Harganya cocok di kantong. Ia bersama temannya lantas naik KM Lawit dan tiba dengan selamat ke Pontianak.
Belakangan Paulus tahu pesawat Sriwijaya Air SJ 182 hilang kontak hingga dikabarkan jatuh di Perairan Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1/2020).
Nama Paulus dan temannya masuk dalam manifes penumpang Sriwijaya Air SJ I82. Sebab, saat membatalkan tiket, ia tidak memberitahu pihak maskapai.
Orangtuanya di kampung halaman syok mendengar kabar tersebut. Mereka mengira Paulus berada di atas pesawat.
"Orangtua saya menangis, mengira bahwa saya sudah kenapa-kenapa. Semua jalan Tuhan saya bisa selamat dan memang nasib saya beserta teman saya," ucap Yulius saat ditemui di rumah milik bosnya, Jalan HRA Rachman, Gang Nusa, Swignyo, Sungai Jawi, Kota Pontianak, Senin (11/1/2021) malam.
Baca juga: Kelakuan Tak Biasa Pilot Sriwijaya Air SJ 182 Sebelum Take Off, Sang Istri Ceritakan Itu ke Ketua RT
Baca juga: YouTuber Faisal Rahman & sang Kakak Seharusnya Naik Pesawat Nam Air, tapi Dialihkan ke Sriwijaya Air
Baca juga: Jenazah Kopilot Sriwijaya Air Fadli Satrianto Berhasil Diidentifikasi
Yulius mengatakan sudah mendengar kabar tentang pesawat hilang kontak tersebut dari pelabuhan,
masih dekat dengan kapal.
Mendapat kabar dari Bos dan Keluarga, bahwa terdapat musibah pesawat hilang kontak pada tanggal 9, keluarga merasa khawatir.
"Keluarga sempat khawatir dengan adanya kejadian tersebut. Waktu kami membatalkan tiket penerbangan tidak memberikan informasi kepada pihak maskapai Sriwijaya Air."
"Setahu orang-orang kami menaiki pesawat padahal kami sudah beralih menggunakan kapal laut. Jadi, tiket kami juga aktif di pihak maskapai Sriwijaya Air,” tutur Yulius.
Orangtuanya menunggu kabar dari tanggal 9 malam sampai tanggal 10 pagi karena nama yulius paling
atas di daftar manifes.
Setelah sampai di dekat pelabuhan, ia mencoba menghubungi orang tua dan keluarganya.
Seandainya, Yulius memang memaksakan untuk tes Swab PCR, ia tidak tahu lagi akan duduk disini
lagi atau sudah di tempat yang lain," pungkasnya.
Paulus Yulius Kollo lantas menceritakan pengalamannya.
“Kita dari Makassar sampai di Jakarta dari pukul 19:00 WIB tanggal 5 Januari. Waktu itu, kita transit menuju ke Kota Pontianak."
"Transit dari Pesawat itu menjadi Pukul 05.00 Wib tanggal 5. Kita menginap di Bandara, kebetulan ada keluarga di Kota Jakarta jadi menginap semalam,” papar Yulius.
Paulus bersama rombongan terdiri dari enam orang saat itu.
Yulius mengatakan, sampai di Bandara pihak maskapai Sriwijaya Air memberhentikan karena kebijakan dari Pemerintah Provinsi Kalbar melaksanakan Swab PCR Negatif untuk bisa terbang ke Kota Pontianak.
"Tim dari Makassar yang berangkat terdiri dari 6 orang. Saya dan Indra Wibowo hanya melaksanakan Swab Antigen jadi kami tidak diperbolehkan karena hanya melaksanakan swab tersebut, serta bos saya berdebat dengan pihak maskapai Sriwijaya Air."
"Setelah berdebat, pihak maskapai Sriwijaya Air memanggil managernya berbicara dengan bos saya. Akhirnya manager maskapai tersebut memberi jalan tengah bagi kami," sambungnya.
"Manager Maskapai Sriwijaya Air meminta untuk mengreschedule tiketnya, 4 orang lanjut saya berserta teman saya batal berangkat pada tanggal 5 itu."
Mereka melanjutkan Swab, ia dan temannya ditahan untuk berangkat serta di-reschedule ke tanggal 9.
Selain itu, Yulius menambahkan, pada tanggal 8 ingin pergi ke salah satu rumah sakit di jakarta untuk mengecek biaya Swab PCR.
Harganya bervariasi untuk 3 hari tes sekitar 1,3 juta dan yang instan 6 jam kalau tidak salah harganya 2,6 juta.
"Tiket kita besok tanggal 9 jadi harus tes instan cek biaya saya hubungi bos memberitahukan harga tesnya. Bos berkata kalau memang tesnya lebih mahal lebih baik coba cek dari Kapal PELNI,"jelasnya.
"Saya cek dari kapal akan berangkat Pukul 17:00 Wib dari Tanjung Priok Jakarta menuju Pontianak. Bos saya mengatakan ya sudah dengan kapal laut saja dan tes kesehatan di kapal."
"Jadi tanggal 8 sore kita berangkat dari jakarta menuju Kota Pontianak."
"Perjalanannya 2 hari 2 malam, tanggal 10 pukul 09.00 Wib kita datang di pelabuhan pontianak,"pungkasnya. (tribun pontianak/Jovi Lasta)