TRIBUNNEWS.COM - Kisah pelukis disabilitas datang dari seorang ibu rumah tangga bernama Puji Lestari.
Wanita berumur 24 tahun itu tidak mau menyerah dengan keadaan dan terus berusaha menyalurkan bakatnya meskipun dalam keterbataan.
Puji memiliki bakat melukis menggunakan lengan dan kakinya.
Hobi itu ia lakukan di saat-saat senggang dari kesibukannya sebagai ibu rumah tangga.
Baca juga: Cerita Penyandang Disabilitas Taklukan Gunung Marapi, Merangkak Senti Demi Senti hingga ke Puncak
Warga Pedukuhan Kayu Balung, Kalurahan Girisekar, Panggang, Gunungkidul ini memiliki kedua tangan yang bentuknya tak sempurna.
Namun bukan berarti tak ada cara lain untuk melukis.
"Saat melukis saya biasanya menahan kuas dengan kedua lengan, kalau capek ganti pakai kaki kanan," katanya ditemui beberapa waktu lalu.
Tak Sekadar Pelukis, Made Wianta Gaungkan Gerakan Budaya, Sang Istri Ceritakan Kisah Karya Kaligrafi
Kisah Ana Lansia Penyandang Disabilitas, Kehilangan Kaki Pascakecelakaan dan Harus Hidupi Empat Cucu
Bagi Puji, melukis bukan sekadar hobi, tapi juga ekspresi diri.
Lewat lukisan ia ingin menyampaikan apa yang ia rasakan, alami, atau yang disenanginya.
Satu lukisan bisa ia selesaikan dalam waktu 5 hari.
Namun bisa lebih dari itu karena ia harus melakukannya sembari menjalani tugasnya bagi suami dan putrinya yang berumur 5 tahun.
"Paling senang melukis pemandangan alam, saya lukis pakai cat akrilik di atas kanvas," tutur Puji.
Bakat melukis Puji ditonjolkan sejak ia masih berada di bangku Sekolah Luar Biasa (SLB).
Hal itu diungkapkan oleh Iwan Setiyawan, pengajar sekaligus mentor bagi Puji.
Baca juga: Mendorong Kesetaraan bagi Penyandang Disabilitas di Dunia Kerja