TRIBUNNEWS.COM, BLITAR - Di masa pendemi korona permintaan peti mati di sejumlah pengrajin di kota Blitar, Jawa Timur, meningkat hingga 10 kali lipat.
Selain mendatangkan keuntungan jutaan rupiah, usaha ini juga mampu memberdayakan warga sekitar.
Setiap hari para pengrajin peti mati di kecamatan Sukorejo kota Blitar ini selalu sibuk.
Satu persatu kayu sengon dipotong dan diolah menjadi sebuah peti mati yang berkualitas baik.
Menurut pengrajin, selama masa pandemi corona ini permintaan akan peti mati meningkat tajam hingga 10 kali lipat.
Sedikitnya ada 10 buah peti mati yang mampu terjual setiap bulannya.
Keuntungan jutaan rupiah pun mampu didapatkan dari usaha peti mati ini.
Tidak hanya itu berkat usaha tersebut beberapa warga sekitar juga dapat diberdayakan serta bisa memperoleh penghasilan di masa pandemi ini.
"Rata-rata dalam masa pandemi ini permintaan naik," ujar Simon, pengrajin peti mati, di Blitar Jawa Timur dikutip dari Kompas TV, Rabu (3/2/2021).
Baca juga: Minta Jokowi Putuskan Lockdown, Pengamat: Ekonomi Tak Boleh Mati, Padahal Seluruh Dunia Sudah Mati
Kini usaha peti mati yang dulunya hanya sebagai sampingan justru bisa menjadi usaha utama yang menjanjikan. Harga peti mati sendiri dijual mulai dari Rp 900 ribu hingga Rp 5 juta rupiah tergantung ukuran dan jenis kayu digunakan.
Rata-rata dalam satu hari para pengrajin ini mampu membuat 1 hingga 2 buah peti mati.
Seluruh peti mati yang dihasilkan tersebut diperuntukkan untuk memenuhi permintaan dari rumah sakit di kota dan kabupaten Blitar saja.
Meski mendapatkan keuntungan dari pendemi para pengrajin peti mati ini berharap penyebaran virus corona dapat ditekan.
Sehingga kehidupan masyarakat dapat kembali normal.
Sumber: Kompas.TV
>