Nilai investasi proyek ini sebesar Rp 211,9 triliun
Proyek kilang minyak ini ditarget beroperasi pada tahun 2026.
Baca juga: Gempa Terkini: BMKG Catat Gempa 5.2 SR Guncang Tuban Jawa Timur, Tak Berpotensi Tsunami
Kesepakatan kerjasama antara Pertama dan Rosnef terkait proyek kilang minyak ini ditandatangani pada 28 Oktober 2019 lalu di Rusia.
Proyek ini merupakan usaha patungan (joint venture) antara Pertamina dan Rosneft dengan kepemilikan saham Pertamina 55% dan Rosneft 45%.
Direncanakan kilang minyak ini akan memproduksi 300 ribu barrel per hari.
Dalam pertemuan dengan Delegasi Pertamia di Wisma Duta KBRI Moskow pada 29 Oktober 2019, Duta Besar RI untuk Federasi Rusia merangkap Republik Belarus, M. Wahid Supriyadi, menyampaikan apresiasi atas penandatanganan kontrak perjanjian kilang minyak Tuban.
“Proyek ini adalah realiasi dari hasil kunjungan Presiden Joko Widodo ke Sochi, Rusia pada Mei 2016 dan Alhamdulillah setelah semua permasalahan dapat diselesaikan kedua pihak," kata Dubes Wahid.
Secara keseluruhan, proyek ini menggunakan laghan seluas 821 hektare.
Rinciannya lahan warga 384 hektare di Desa Wadung, Kaliuntu dan Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, lahan KLHK 328 hektare, dan lahan perhutani 109 hektare.
Mengutip Kompas.com, di awal bulan Februari 2020 silam, Kepala BKPM telah mengunjungi lokasi proyek untuk menyelesaikan negosiasi dengan masyarakat sekitar.
“Alhamdulillah, kami sempat ke sana (Tuban) sebelum adanya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) ini. Kepala BKPM menaruh perhatian sangat besar pada proyek Tuban. Beliau membentuk tim khusus untuk mengawal investasi ini sampai jadi, bahkan tidak segan untuk turun langsung," jelasnya.
Sempat Diwarnai Penolakan Warga
Proses pembebasan lahan terkait kilang minyak ini sempat tak berjalan mulus.
Sebagian warga sempat menolak pembebasan lahan.