Tidak komunikatifnya dan nihilnya sosialisasi oleh tuan rumah menambah akumulasi kekecewaan dari peserta musyawarah nasional tahun ini.
Selama proses menuju musyawarah nasional, terkhusus saat proses verifikasi, panitia sama sekali tidak transparan.
Padahal, transparansi merupakan salah satu faktor penunjang terselenggaranya ruang demokrasi. Hingga saat ini, panitia belum mampu menunjukan data final hasil verifikasi.
Bahkan, jelas Reynaldi, ada temuan perubahan status keanggotan aliansi. Jika tidak segera diselesaikan, sama saja dengan membiarkan kefatalan tersebut terjadi dan seolah diamini.
Selanjutnya, panitia juga menyampaikan salah satu pertimbangan untuk tidak memperbolehkan belasan kampus tersebut masuk adalah kuota maksimal sejumlah 150 tersebut sudah terpenuhi.
Selain tidak mampunya panitia menunjukan dari daftar hingga tranparansi verifikasi 150 peserta tersebut, panitia pun tidak mampu menjawab bahwa sebenarnya masih banyak bangku kosong yang dapat diisi oleh belasan kampus yang ada diluar.
"Secara rasional, melihat fakta yang ada panitia sendiri sudah melanggar keputusannya, dengan adanya undangan ditambah panitia yang akhirnya melebihi 150 orang yang berada didalam gedung. Jika yang dikhawatirkan adalah masalah pandemi dan protokoler kesehatan, belasan kampus tersebut padahal membawa dokumen surat keterangan medis yang menerangkan tidak terindikasi tertular Covid-19," terangnya.
Dari sisi protokoler, idealnya, lebih baik memasukan belasan kampus tersebut masuk kedalam ruangan dengan tertib protokoler daripada membiarkannya berkerumun di luar.
Hingga detik ini, belum ada kejelasan nasib dari belasan kampus tersebut.
Selain tanpa pijakan filosofis dan yuridis yang dapat diterima, salah satu alasan yang dimunculkan oleh panitia untuk tetap tidak memasukkan mereka adalah menghargai perjuangan kampus yang sudah selesai administrasinya.
Padahal, forum yang berisikan kampus yang diklaim sudah selesai dalam hal administrasi tersebut yang meminta agar belasan kampus tersebut untuk diperkenankan bergabung dengan forum didalam gedung.
Terkait hal tersebut, Presiden Mahasiswa KM Universitas Andalas Teza Kusuma membantah semua hal tersebut.
Menurut Teza,tidak mungkin panitia menelantarkan peserta munas, jikalau mereka teregistrasi sebagai peserta munas.
Menurut Teza, ada beberapa kampus yang hadir ke padang padahal mereka telat mendaftar dan dari segi persyaratan mereka pun mendapati kendala.