Hanya dengan menggesekkan tubuhnya ke dinding rumah, maka uang dan perhiasan pemilik rumah secara ajaib akan terambil.
Sebelum fajar datang, Si babi ngepet akan pulang ke rumah dan berubah bentuk kembali menjadi manusia, dengan kain hitamnya terisi uang dan perhiasan yang dicuri.
Sementara, si pembantu bertugas untuk tetap tinggal di rumah menjaga api lilin atau lampu harus tetap menyala selama si tuan bertindak.
Jika nyala lilin atau lampu bergoyang atau meredup, itu menandakan bahwa si tuan dalam bahaya, misalnya tepergok dan dikejar orang.
Dalam kondisi ini, si pembantu harus mematikan lilin atau lampu tersebut agar si tuan dapat segera berubah bentuk kembali menjadi manusia dan menghilang kembali ke rumah dengan selamat.
Apabila si pembantu lalai, maka si tuan mungkin tertangkap atau bahkan terbunuh dan lilin atau lampu akan padam dengan sendirinya
Soal dari mana cerita atau mitos ini berasal, juga masih belum diketahui secara pasti.
Namun, ada yang menyebut cerita ini berasal dari Gunung Kawi, Malang, Jawa Timur.
Sisa Pemikiran Primitif
Sementara itu, Dr. Onghokham, sejarawan UI yang punya minat khusus dalam soal mitos mengatakan bahwa mitos yang berkembang termasuk mitos babi ngepet merupakan sisa-sisa pemikiran primitif yang ada pada kita.
Dikutip dari Intisari, meski sudah hidup dalam abad ke-21, menurutnya, kita masih memendam pemikiran-pemikiran purba yang bisa disejajarkan dengan pemikiran-pemikiran orang Eropa Abad Pertengahan.
Dalam Abad Pertengahan di Eropa juga dikenal cerita-cerita tentang orang-orang yang menjual rohnya kepada setan untuk memperoleh kekayaan.
Biasanya orang-orang semacam ini mengadakan perjanjian dengan iblis agar diberi kekayaan yang melimpah selama hidupnya.
Setelah ia mati rohnya akan diambil oleh sang iblis pemberi kekayaan.