TRIBUNNEWS.COM, BINTAN - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian meminta Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Galang Batang yang dikelola PT Bintan Alumina Indonesia (BAI) tidak hanya memperhatikan aspek ekonomi, tapi juga memperhatikan aspek lingkungan dalam penerapannya.
Ia meminta PT. BAI memperhatikan aspek lingkungan, agar selaras dengan komitmen pemerintah dalam mewujudkan green industry dan green economy.
Mantan Kapolri ini juga menekankan kegiatan di sana jangan sampai menghasilkan efek polusi yang dapat mencemari lingkungan.
“Tadi saya pesan kepada PT BAI, nomor satu saya minta tolong masalah lingkungan, karena pemerintah pusat sekarang mindsetnya adalah green industry, green economy,” kata Mendagri saat melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), pada Minggu (9/5/2021).
Baca juga: Tanggapan Mendagri Terkait Kerumunan Pasar Hingga Klaster Tarawih
Tito Karnavian meminta agar kegiatan disana jangan sampai memberikan dampak polusi, apalagi ada penggunaan batu bara.
Mendagri juga berpesan agar PT BAI memperhatikan pengelolaan sampah, terutama sampah plastik, agar tak turut mencemari lingkungan.
Terlebih, plastik merupakan jenis sampah yang sulit diurai.
“Sudah ada teknologi untuk zero transmission, zero pollution untuk batu bara, fine, bagus,” ujar Mendagri
“Jangan sampai ada sampah plastik, jangan sampai ada industri besar seperti ini sampahnya tidak teratur, plastik terutama,” pesannya.
Baca juga: Kominfo Ajak Generasi Milenial Mulai Bijak Kelola Sampah
Selain persoalan sampah, Mendagri juga minta status KEK tak mengubah kawasan hijau dan lingkungan sekitar, misalnya dengan membiarkan ruang hijau dan perbukitan yang telah ada sebelumnya.
Selain aspek lingkungan, Tito juga menekankan pengembangan sumber daya manusia (SDM) masyarakat setempat. Ia pun meminta agar pelatihan masyarakat lokal dijadikan prioritas.
Demikian diharapkan KEK Galang Batang akan mampu menyerap tenaga kerja lokal dan menguntungkan semua pihak.
Mengutip data dari www.kek.go.id, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Galang Batang berada di Pulau Bintan Kepulauan Riau, yang merupakan sentra choke point Selat Malaka.
KEK Galang Batang akan dikembangkan sebagai sentra industri pengolahan mineral hasil tambang (bauksit) dan produk turunannya baik dari refinery maupun dari proses smelter.
Baca juga: Jelang Lebaran, Bright PLN Batam Jamin Pasokan Listrik Aman Dukung Aktivitas Usaha
Diperkirakan KEK Galang Batang akan mampu menyerap tenaga kerja sebesar 23.200 orang.
Di antaranya tersebar untuk industri pengolahan refinery sebesar 350 orang, industri pengolahan smelter sebesar 260 orang dan jasa dermaga serta pelabuhan yang berpotensi menciptakan kegiatan ikutan (multiplier effect) di kawasan tersebut.
“Perusahaan jangan hanya mikir untung sendiri, perusahaan diuntungkan, masyarakat diuntungkan, pemda diuntungkan, pemerintah pusat diuntungkan, kita semua pasti akan mendukung investasi menjadi model buat tempat lain,” tuturnya.
--