Banyak rumah-rumah yang berdiri megah itu kosong karena ditinggal pemiliknya merantau.
"Di sini kalau ramainya saat Lebaran, perantauan pada pulang."
Baca juga: VIRAL Video Kolam Renang Menyambung di Belakang Sebuah Perumahan, Perekam Ungkap Fakta Dibaliknya
Baca juga: Perumahan di Pagaralam Diserbu Ribuan Ulat Bulu, Warga: Jumlahnya Terus Bertambah Setiap Hari
"Kalau tidak, saat ada tetangga ada saudara yang melaksanakan hajatan," ujarnya.
Namun selama dua tahun ini, jumlah kaum boro yang mudik semakin sedikit karena virus corona.
Sejarah Perantauan
Sebelum menjadi desa elit, Desa Bubakan dulunya ada desa yang tertinggal.
Mayoritas mata pencaharian masyarakatnya merupakan petani di desa.
Namun pada 1980-an, beberapa warga desa diajak merantau oleh pengusaha asal Sukoharjo, Mbah Joyo.
"Mereka ikut Mbah Joyo, jualan jamu dan bakso."
"Mereka diminta menunggu cabang milik Mbah Joyo itu," ujarnya.
Setelah belajar cara membuat dan berjualan jamu saat bekerja dengan Mbah Joyo, mereka kemudian membuka usaha mereka sendiri.
Saat berwirausaha tersebut, mereka mengajak warga desa yang lain sebagai pekerjanya.
Baca juga: Pemuda di Blitar Ditemukan Bersimbah Darah di Rumah Teman, Diduga Coba Bunuh Diri
Baca juga: Sungai Gelombang Meluap, 40 Rumah di Aceh Selatan Terendam Banjir
"Dari situ, banyak warga yang mulai merantau ke berbagai kota di Indonesia."
"Mereka jualan jamu dan bakso, dan sukses," ujarnya.