Indah masih memiliki hubungan keluarga dengan Gubernur Bali ke-7 yakni Ida Bagus Oka, dimana ia merupakan cucu jauhnya.
Sementara itu, Ida Ayu Rukini berprofesi sebagai seorang guru di SMPN 6 Denpasar.
Dayu Rukini akan purna tugas atau pensiun sebagai guru pada September 2021 ini.
Terkait meninggalnya ibu dan anak ini, pihak keluarga juga telah menggelar upacara ngulapin di tempat kejadian.
Sementara, hari ini akan digelar prosesi meluasin.
Di rumah duka, terlihat kerabat tengah mempersiapkan upakara yang digunakan untuk upacara palebon.
Beberapa terlihat sedang menjarit janur, ada juga yang metanding banten.
Sejumlah karangan bunga juga terlihat di halaman griya, kiriman dari LPD Kesiman, hingga dari teman seangkatan Ida Ayu Indah Wedaswari di SMAN 3 Denpasar yakni Trisma 35.
Gusde mengatakan acara palebon untuk kedua anggota keluarganya yang meninggal akan digelar Minggu, 30 Mei 2021 mendatang.
Menggunakan satu bade dengan ukuran cukup besar dengan dua tempat jenazah.
Tiba-tiba Semua Ingin Melukat Gusde yang juga petugas BPBD Provinsi Bali ini menuturkan, sebelum kejadian, hampir semua keluarga griya ingin melukat, namun dengan tujuan yang berbeda.
Ada yang melukat ke Tirta Empul, ke Bangli, ke Mengwi Badung, ke taman yang ada di griya dan ada pula yang ke Campuhan di Pantai Tangtu.
“Karena mungkin kemarin hari baik, dan kebetulan juga libur makanya tiba-tiba saja hampir semua keluarga ingin melukat,” tuturnya.
Tiga orang melukat ke Campuhan Pantai Tangtu, yakni Ida Bagus Gede Made Mariana, bersama istrinya Ida Ayu Rukini dan anaknya Ida Ayu Indah Wedaswari.
Mereka berangkat melukat sekitar pukul 11.00 Wita.
Bahkan saat masih berada di pantai sebelum kejadian, Indah sempat menyukai postingan kerabatnya di akun Facebook.
Keinginan untuk melukat tersebut datang dari sang anak yakni Ida Ayu Indah Wedaswari.
Sebenarnya, Indah akan melukat bersama temannya, namun berhalangan. Sehingga ayah dan ibunyalah yang ikut.
“Yang turun ke air cuma mereka berdua, sementara ajik (Ida Bagus Gede Made Mariana) tidak ikut karena sedang sakit dan tidak boleh kena air laut,” tutur Gusde.
Menurut Gusde, saat kejadian ada beberapa orang juga yang turun ke air untuk melukat, sekitar 8 orang.
Saat kejadian, Indahlah yang pertama diseret air, kemudian oleh sang ibu ditarik.
Namun naas, ombak yang saat itu sedang tinggi menggulung mereka berdua.
Semua orang panik dan setelah mendapat kabar, Gusde pun ikut panik dan meminta bantuan ke rekan-rekannya.
Sekitar 25 menit setelah kejadian keduanya ditemukan pada jarak 200 meter dari tempat kejadian.
Adapun yang pertama kali ditemukan adalah sang ibu, dan disusul anaknya.
“Bantuan sudah dilakukan secara maksimal. Ada Balawista, BPBD bekerja dengan keras. Pasir pantai sudah masuk ke hidung Indah, sementara ibunya hanya kemasukan air,” katanya.
Setelah kejadian tersebut, kedua jenazah dikirim ke RS Dharma Yadnya yang kemudian disemayamkan di rumah duka. (Putu Supartika)
Artikel ini telah tayang di Tribun-Bali.com dengan judul KISAH Ibu-Anak Terseret Ombak di Campuhan Saat Purnama Sadha, Satu Keluarga Tiba-tiba Ingin Melukat