Hal tersebut dijelaskan oleh Foster setelah sebelumnya telah melakukan penelitian pada tahun 2018 dalam Program Toksikologi Nasional.
Pada kasus ini, Foster melakukan penelitian dengan menggunkan tikus jantan dan tikus betina.
Hewan-hewan itu terpapar ke tingkat radiasi empat kali lebih tinggi dari tingkat maksimum yang diizinkan untuk paparan manusia.
Meski tingkat paparan radiasi pada tikus betina masih sedikit bila dibandingkan dengan tikus jantan.
Menurut Foster, banyak penentang penggunaan studi gelombang RF yang mendukung argumen mereka, dan sering mengabaikan kualitas metode eksperimental atau hasil yang tidak konsisten.
Meskipun dia tidak setuju dengan banyak kesimpulan yang skeptis tentang generasi jaringan seluler sebelumnya, Foster setuju bahwa perlu penelitian lebih lanjut tentang dampak kesehatan potensial dari jaringan 5G.
"Semua orang yang saya kenal, termasuk saya, merekomendasikan lebih banyak penelitian tentang 5G karena tidak ada banyak studi toksikologi dengan teknologi ini," kata Foster.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani)(Kompas.com/Dandy Bayu Bramasta)