Dengan kondisi lemah, Eva menuturkan, saat dirinya berada di dalam gua, dia merasa mengantuk dan lebih banyak tidur.
Dia mengingat sempat terbangun sebanyak empat kali.
Dan saat terbangun, dia selalu berada di tempat yang berbeda.
"Saat itu yang saya rasakan hanyalah mengantuk. Dan lebih banyak tertidur. Saya beberapa kali terbangun, dan setiap kali bangun, saya sudah ada di tempat yang berbeda," jelasnya.
Eva mengaku sempat bertemu dengan seorang dokter perempuan berkerudung yang berjanji akan membawanya ke rumah neneknya.
"Saya sempat bertemu dokter perempuan, tapi sepertinya itu hanya mimpi, karena saat bangun saya masih di dalam gua, tapi gua yang beda lagi dari yang sebelumnya," katanya.
Baca juga: Jalur Pendakian Gunung Merbabu Dibuka Kembali, Harus Booking Online dan Bawa Surat Bebas Covid-19
Di dalam gua tersebut, ia mengaku sangat kehausan namun tak ada seorang pun yang datang menolongnya.
"Saya sempat merasa haus sekali dan meminta tolong untuk diberikan air putih, tapi sampai saya tertidur tidak ada orang yang memberikan air putih. Tapi hingga saya terbangun haus saya sudah hilang," akunya.
Hilangnya Eva ini membuat tim gabungan SAR membagi tugas untuk menyisir dan mencari keberadaannya sampai hingga ke mulut gua.
Eva mengaku sempat melihat bayangan orang yang mencarinya, hanya saja dia tidak berdaya untuk bersuara dan memanggil orang tersebut.
"Entah hari apa itu, sempat saya lihat bayangan orang yang mencari. Tapi karena saya kira hanya halusinasi, maka saya tidak bersuara. Setelah itu saya tertidur kembali," jelasnya.
Menariknya kata Eva, di hari terakhir dia hilang, ada keinginan kuat dalam dirinya untuk berkunjung ke rumah Neneknya yang ada di kabupaten Bulukumba.
Saat itu dia merasa sudah berada di rumah neneknya, setelah sosok seorang dokter perempuan berkerudung datang untuk membawanya ke rumah neneknya.
Beragam makanan ditawarkan oleh neneknya, namun Eva menolak.