Dikutip dari TribunCirebon, tepatnya pada 5 Februari 2020, Taryadi mendaftar ke kantor DPC Partai Demokrat dengan diantar ribuan petani.
"Situasi Indramayu yang sekarang gonjang-ganjing jika ada figur baru yang mencalonkan seperti saya mereka ada antusiasme tersendiri," ujar dia kepada Tribuncirebon.com.
Disampaikan Taryadi, ribuan petani yang mengantar dirinya untuk menyerahkan berkas formulir pendaftaran bakal calon adalah bentuk solidaritas sesama petani.
"Saya sendiri berlatar dari sana, saya sebagai petani juga bersama dengan masyarakat," ujarnya.
Pada kesempatan itu, Taryadi menyampaikan, hal yang mendasari dirinya mencalonkan diri karena ingin memberantas tindak pidana korupsi yang ada di Kabupaten Indramayu.
Oleh karena itu, Taryadi berkomitmen, jika kelak terpilih, dirinya ingin membenahi sistem pemerintahan agar terhindar dari segala bentuk tindak pidana korupsi.
"Masyarakat mengharapkan figur baru yang dapat memimpin Indramayu tidak seperti pemimping yang sebelumnya," ucap dia.
Namun, dalam perkembangannya, Taryadi tidak mendapatkan tiket dari partainya untuk maju di Pilkada.
Partai Demokrat yang berpasangan dengan PKB, PKS, Perindo, Hanura, PPP, dan PAN akhirnya mengusung Muhammad Sholihin-Ratnawati.
Pasangan ini akhirnya juga kalah dalam Pilkada.
Kronologi Bentrok Berdarah di Indramayu
Bentrokan berdarah yang menewaskan dua petani di Indramayu terjadi pada Senin (4/10/2021).
Dikutip dari TribunJabar, peristiwa itu terjadi di kawasan lahan tebu PG Jatitujuh sekitar pukul 11.00 WIB, di mana dua korban bersama warga lainnya yang tergabung dalam kemitraan PG Jatitujuh sedang melakukan penggarapan lahan.
Sekelompok orang datang dan langsung menyerang mereka.